Minat Baca Anak Jadi Fokus Disputakar Balikpapan, Sekolah Jadi Garda Depan

Kegiatan anak sekolah saat berkunjung ke Perpustakaan Kota Balikpapan. (Foto: Danny/Inibalikpapan.com)

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota (Disputakar) Balikpapan menunjukkan komitmen serius dalam membangun budaya baca di kalangan masyarakat, khususnya pada anak-anak usia sekolah. Langkah ini diambil sebagai upaya jangka panjang menciptakan generasi yang mencintai ilmu pengetahuan dan memiliki kemampuan literasi yang baik.

Kepala Disputakar Balikpapan Elvin Junaidi menyatakan, bahwa kebiasaan membaca harus dimulai sejak dini, terutama melalui peran aktif sekolah sebagai lingkungan pembelajaran utama. Ia menegaskan bahwa anak-anak yang sudah terbiasa membaca sejak kecil akan lebih mudah mempertahankan kebiasaan tersebut hingga dewasa.

“Kalau dari sekolah sudah rajin membaca, insyaallah sampai tua pun akan terus membaca. Budaya ini tidak bisa dibangun secara instan, perlu pembiasaan dari awal,” ujarnya, Sabtu (24/5/2025).

Elvin menambahkan, membaca bukan sekadar aktivitas untuk menambah wawasan, tetapi bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menimbulkan ketagihan dalam arti positif.

“Membaca itu bikin candu. Kalau sudah terbiasa dan bisa menikmati, orang akan terus mencari bacaan baru. Semakin banyak membaca, justru semakin merasa kurang dan ingin tahu lebih banyak,” jelasnya.

Bedakan Jenis Bacaan

Namun demikian, Elvin juga mengingatkan bahwa tidak semua bentuk kegiatan membaca dapat disamakan dalam hal kualitas dan kontribusinya terhadap peningkatan literasi. Ia menyoroti pentingnya membedakan jenis bacaan dan cara membaca ketika mengukur tingkat minat baca seseorang.

“Misalnya, ada yang membaca 3-4 jam sehari tapi hanya konsumsi media sosial. Itu tentu berbeda nilainya dibanding seseorang yang meluangkan satu jam sehari untuk membaca buku. Variabel dalam survei literasi harus mempertimbangkan hal-hal seperti ini,” paparnya.

Dalam konteks era digital saat ini, Elvin menyadari bahwa media sosial memang menjadi salah satu sumber informasi yang populer, terutama di kalangan anak muda. Namun, menurutnya, media sosial tidak bisa dijadikan tolok ukur utama dalam pembelajaran dan peningkatan kapasitas intelektual anak-anak.

“Banyak konten di media sosial yang tidak tepat untuk anak-anak. Distorsi informasi juga sangat tinggi. Karena itu, peran orang tua menjadi sangat penting. Orang tua harus menjadi benteng pertama dalam menyaring informasi dan mendampingi anak dalam memilih bacaan yang tepat,” imbuhnya.

Dukung Ekosistem Literasi

Guna mendukung ekosistem literasi yang kuat, Disputakar terus menggencarkan berbagai program dan inisiatif, mulai dari kampanye membaca di sekolah, peningkatan koleksi buku bacaan di perpustakaan daerah dan kelurahan, hingga penyediaan akses perpustakaan keliling.

“Kami terus melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah dan komunitas untuk menyampaikan pentingnya literasi. Buku-buku yang kami sediakan juga disesuaikan dengan usia dan minat anak-anak, agar mereka bisa tertarik dan tidak merasa membaca itu membosankan,” jelasnya.

Ia juga menegaskan, keberhasilan membangun budaya baca tidak hanya terletak pada pemerintah atau sekolah. Tetapi memerlukan keterlibatan aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk keluarga.

“Yang terpenting adalah menumbuhkan minat sejak dini. Kalau sudah terbiasa, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang mencintai ilmu pengetahuan, kritis, dan siap menghadapi tantangan zaman,” pungkasnya.***

Editor : Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses