BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Mantan Pelatih Timnas Putri Satia Bagdja mengkritik kebijakkan PSSI terkait naturalisasi pemain dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, dari kebijakkan itu hingga kini, timnas senior belum prestasi apapun.

Satia mengatakan, kebijakkan natualisasi di Indonesia berbeda dengan kebijakkan naturalisasi di Malaysia. Di Malaysia, pemain yang di naturalisasi harus memiliki silsilah atau keturunan keluarga atau
oragtua berdarah Malaysia.

“Kalau naturalisasi di Malaysia harus warga keturunan. Jadi yang naturalisasi itu, gak kayak kita di Indonesia naturalisasi bisa langsung masuk timnas,” ujarnya.

Pelatih Persiba Balikpapan itu mengatakan, jika tak memiliki silsilah ataupun tidak sedarah maupun tidak keturunan Malaysia maka akan sulit mendapatkan kewarganegaraan. Apalagi, berseragam timnas Malaysia.

Kondisinya justru berbeda dengan kebijakan maupun aturan di di Indoensia, asalkan sudah menetap lima tahun secara berturut-turut maka pemain tersebut sudah bisa mendapatkan kewerganegaraan Indonesia dan memperkuat timnas.

“Dia naturalisasinya itu harus warga keturunan. Jadi sislsilahnya dilihat, dari kakek buyut dan sebagainya, baru masuk timnas. Di Indonesia beda, semua bisa masuk timnas yang naturalisasi,”
ujarnya.

Pelatih asal Jakarta itu memang pernah menjadi Asisten Rahmad Darmawan selama dua musim ketika menukangi klub asal Negeri Jiran itu yakni T-Team. Sebelum kemudian, menerima pinangan PSSI menukangi Timnas Putri

“Saya pernah di Malaysia menangani klub di Malaysia, jadi saya cukup tahu sepakbola Malaysia,” ujarnya.

Kebijakkan naturalisasi yang dilakukan PSSI bersama Pemerintah Indonesia dimulai 2010 lalu. Kebijakkan itu diatur melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006. Dimulai dari Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim.. Mereka dipanggil memperkuat Timnas Garuda. 

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version