Pemberontak Dukungan Rwanda Kuasai Goma, Tentara Kongo Menyerah

Pemberontak Rwanda Kongo
Warga Goma yang berupaya melarikan diri dari serangan pemberontak dukungan Rwanda (YouTube AP)

GOMA, Kongo, inibalikpapan.com  — Warga di kota terbesar di Kongo timur, Goma, melarikan diri pada hari Senin (27/1/2025) setelah pemberontak dukungan Rwanda rebut kota itu dari tentara Kongo.

Pertempuran meningkat dalam beberapa hari terakhir meskipun ada seruan dari Dewan Keamanan PBB agar pemberontak mundur, begitu dilansir dari Associated Press.

Suara tembakan terdengar di seluruh Goma semalam sebelum puluhan pemberontak berseragam militer pada Senin pagi berbaris ke ibu kota provinsi Kivu Utara, yang terletak di perbatasan dengan Rwanda.

Pemerintah Kongo belum mengonfirmasi jatuhnya Goma, 1.500 kilometer di timur ibu kota Kinshasa, setelah memutuskan hubungan dengan Rwanda pada hari Sabtu 25 Januari 2025.

Pemberontak M23 dukungan Rwanda adalah satu dari sekitar 100 kelompok bersenjata yang bersaing untuk mendapatkan tempat di wilayah yang kaya mineral itu.

Konflik ini  telah berlangsung selama puluhan tahun, salah satu yang terbesar di Afrika.

Pemberontak Rwanda Sempat Kuasai Goma 2012

Para pemberontak mengambil alih Goma untuk sementara waktu pada tahun 2012, sebelum mereka mundur karena tekanan internasional.

Lalu mereka dan bangkit kembali pada akhir tahun 2021 dengan dukungan yang semakin meningkat dari Rwanda, menurut pemerintah Kongo dan para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Rwanda telah membantah dukungan tersebut.

Para analis telah memperingatkan bahwa eskalasi permusuhan terbaru dapat semakin mengganggu stabilitas kawasan tersebut.

Kawasan tersebut merupakan salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia dengan lebih dari 6 juta orang mengungsi.

Lebih dari sepertiga penduduk Kivu Utara termasuk di antara yang mengungsi, menurut laporan PBB.

Dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam, Dewan Keamanan PBB menyerukan kepada M23 untuk segera mundur.

“Anggota Dewan Keamanan mengutuk pengabaian mencolok yang sedang berlangsung terhadap kedaulatan dan integritas teritorial DRC. Dan bahwa M23 mengakhiri pembentukan pemerintahan paralel di wilayah DRC,” pernyataan itu menambahkan, merujuk pada nama resmi Kongo, Republik Demokratik Kongo (Congo Republic Democratic).

Para pemberontak mengumumkan Senin pagi bahwa mereka telah merebut kota itu tepat saat batas waktu yang mereka berikan kepada pasukan keamanan Kongo untuk menyerah akan segera berakhir.

Para pemberontak meminta militer Kongo untuk berkumpul di stadion pusat dan mendesak penduduk untuk tetap tenang.

Pejabat pemerintah Kongo mengatakan negara itu  dalam situasi perang dan menuduh Rwanda melakukan  agresi frontal (dan) deklarasi perang.

Kongo memutuskan hubungan dengan Rwanda selama akhir pekan karena upaya baru-baru ini untuk melakukan pembicaraan diplomatik antara kedua negara gagal.

Kemajuan ke Goma adalah puncak dari pertempuran berkepanjangan antara para pemberontak dan pasukan keamanan Kongo yang menyebabkan beberapa kota di sepanjang perbatasan Rwanda jatuh ke tangan para pemberontak.

Warga Mengungsi di Seberang Perbatasan Di Rwanda

Pada hari Minggu, ratusan warga berbaris di tengah terik matahari dan sepanjang malam di sepanjang jalan dengan lalu lintas padat saat mereka mencoba melarikan diri dari Goma ke Rwanda.

Mereka  membawa bayi, pakaian, dan barang-barang lainnya di punggung dan kepala mereka. Banyak yang masih melarikan diri pada Senin pagi.

“Kami melarikan diri karena kami melihat tentara di perbatasan dengan Rwanda melemparkan bom dan menembaki,” kata Safi Shangwe, yang termasuk di antara mereka yang melarikan diri.

Perwakilan khusus PBB untuk Kongo Bintou Keita mengatakan pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB Minggu malam bahwa mereka terjebak karena tutupnya bandara dan pemblokiran jalan.

Setidaknya 13 pasukan penjaga perdamaian PBB telah tewas dalam permusuhan selama seminggu terakhir.

Pasukan penjaga perdamaian PBB, yang juga dikenal sebagai MONUSCO, memasuki Kongo lebih dari dua dekade lalu dan memiliki sekitar 14.000 pasukan penjaga perdamaian di lapangan.

Tentara Uruguay, di Goma yang bertugas dengan misi penjaga perdamaian PBB, mengatakan dalam sebuah pernyataan di platform sosial X Minggu malam bahwa lebih dari 100 tentara Kongo sudah menyerahkan senjata mereka.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses