Pemberontak M23 Kuasai Kota Goma, Kongo, Puluhan Tewas

Pemberontak Kongo
Warga Kota Goma yang mengungsi karena terjadinya kerusuhan oleh pemberontak M23 (tangkapan layar YouTube AlJazeera)

GOMA, DRC, Inibalikpapan.com – Pemberontak M23 dukungan Rwanda lakukan serangan masif di Kota Goma, Kongo.

Mayat-mayat tergeletak di jalan dengan suara tembakan tak berhenti dimana rumah sakit kewalahan di kota terbesar di negara tersebut menerima korban luka dan meninggal pada Selasa (28/1/2025).

Pejuang M23 memasuki Goma pada hari Senin dalam eskalasi terburuk sejak 2012 dari konflik tiga dekade.

Konflik ini berakar pada dampak jangka panjang genosida Rwanda dan kendali atas sumber daya mineral Kongo yang melimpah.

Pemerintah Kongo dan kepala pasukan penjaga perdamaian PBB katakan pasukan tentara Rwanda hadir di Goma, mendukung sekutu M23 mereka.

Rwanda mengatakan pihaknya mengambil sikap defensif karena adanya ancaman dari milisi Kongo.

Warga di beberapa lingkungan melaporkan adanya tembakan senjata ringan dan beberapa ledakan keras pada Selasa pagi.

“Saya mendengar suara tembakan dari tengah malam sampai sekarang  dari dekat bandara,” kata seorang wanita tua di lingkungan Majengo di utara Goma, dekat bandara, kepada Reuters melalui telepon.

Jens Laerke, juru bicara Kantor kemanusiaan PBB, OCHA, dalam pengarahan di Jenewa, mengatakan bahwa rekan-rekannya telah melaporkan  tembakan senjata ringan dan mortir yang hebat di seluruh kota dan banyaknya mayat di jalan-jalan.

“Kami mendapat laporan tentang pemerkosaan oleh para pemberontak Kongo, penjarahan properti … dan serangan fasilitas kesehatan kemanusiaan,” tambahnya.

Pejabat bantuan internasional lainnya menggambarkan rumah sakit kewalahan dengan banyaknya korban luka yang dirawat di lorong-lorong.

“Kota ini bagaikan tong mesiu,” kata Willy Ngumbi, seorang uskup di Goma. Bahan peledak telah menghantam sebuah rumah tempat para pendeta menginap dan bangsal bersalin sebuah rumah sakit Katolik pada hari Senin, katanya melalui telepon. “Para pemuda bersenjata dan pertempuran kini terjadi di kota itu.”

Asal Muasal Serangan Pemberontak Kongo Dukungan Rwanda

PBB dan kekuatan global khawatir konflik ini dapat berubah menjadi perang regional seperti yang terjadi pada tahun 1996-1997 dan 1998-2003.

Saat itu jutaan orang meninggal dunia sebagian besar karena oleh kelaparan dan penyakit.

Corneille Nangaa, pemimpin Congo River Alliance yang mencakup M23, telah mengisyaratkan tujuan pemberontak adalah untuk menggantikan Presiden Felix Tshisekedi dan pemerintahannya di ibu kota yang berjarak 1.600 km.

Di Kinshasa, ibu kota Kongo massa yang marah membakar ban, meneriakkan slogan-slogan anti-Rwanda.

Mereka serang fasilitas diplomatik di beberapa negara yang dianggap menguntungkan Rwanda. Kerusuhan tersebut paksa polisi semprotkan gas air mata.

Sumber diplomatik Eropa mengatakan kedutaan besar Rwanda, Prancis, AS, Uganda, dan Kenya telah menjadi sasaran.

“Apa Rwanda lakukan adalah dengan keterlibatan Prancis, AS, dan Belgia. Rakyat Kongo sudah muak. Sudah berapa kali kami mati?” kata pengunjuk rasa Joseph Ngoy.

PBB terjebak dalam pertempuran dengan pasukan penjaga perdamaian.

Afrika Selatan mengatakan tiga pasukan penjaga perdamaiannya tewas dalam baku tembak antara pasukan pemerintah dan pemberontak.

Sementara seorang lainnya meninggal karena luka-luka dari pertempuran sebelumnya, sehingga jumlah korban tewas di pihaknya dalam seminggu terakhir menjadi 13.

Ia mengatakan Presiden Cyril Ramaphosa telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Rwanda Paul Kagame, dan keduanya sepakat tentang perlunya gencatan senjata.

Pada hari Senin, tentara Rwanda melaporkan lima orang tewas dan 26 orang terluka dalam baku tembak dengan pasukan Kongo di dekat perbatasan.

Pertempuran tersebut telah menyebabkan ribuan orang mengalir keluar dari Goma, pusat regional untuk bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi.

Ratusan ribu orang telah bertempur sejak awal tahun, dengan lebih dari 3 juta orang mengungsi di Kongo timur tahun lalu.

Siapa Dalang Pemberontak M23?

M23 adalah gerakan terbaru dalam serangkaian konflik etnis pemberontakan pimpinan Tutsi dengan dukungan Rwanda.

Pemberontak ini telah mendatangkan kekacauan di Kongo sejak setelah genosida di Rwanda tiga puluh tahun lalu.

Saat itu ekstremis Hutu membunuh suku Tutsi dan Hutu moderat yang akhirnya dan kemudian digulingkan oleh pasukan yang dipimpin Tutsi yang masih mendominasi Rwanda.

Pejuang M23 kembali mengangkat senjata pada tahun 2022, satu dekade setelah pemberontakan sebelumnya yang sempat merebut Goma.

Dalam beberapa minggu terakhir mereka telah membuat kemajuan pesat di provinsi Kivu Utara di perbatasan dengan Rwanda.

Mereka mengabaikan seruan dari para pemimpin dunia untuk menghentikan serangan mereka.

Rwanda telah menolak seruan agar pasukan pergi, dengan mengatakan keamanannya terancam oleh milisi etnis Hutu.

Beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan para ekstremis yang membunuh hampir 1 juta orang selama genosida tahun 1994.

Para pakar PBB mengatakan Kigali telah mengerahkan 3.000-4.000 tentara di Kongo timur untuk mendukung M23.

Pemerintah Kongo telah meminta kekuatan internasional untuk menekan Rwanda, mungkin melalui sanksi, untuk mengakhiri serangan M23.

Dalam panggilan telepon dengan Presiden Kongo Tshisekedi pada hari Senin,  Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio  mengecam serangan terhadap Goma oleh M23 dukungan Rwanda dan menegaskan rasa hormat Amerika Serikat terhadap kedaulatan DRC,” kata Departemen Luar Negeri.

Dewan Keamanan PBB akan membahas krisis itu lagi pada hari Selasa, kata para diplomat.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses