Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2026 Capai 5,4%
JAKARTA, Inibalikpapan.com – Di tengah tekanan ekonomi global sepanjang 2025—mulai dari gejolak pasar hingga efek resiprokal tarif—perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat.
Pemerintah memastikan bahwa konsumsi masyarakat, aktivitas usaha, hingga aliran investasi tetap terjaga melalui bauran kebijakan yang responsif dan koordinasi lintas sektor.
Fundamental Ekonomi Tetap Solid
Sejumlah indikator utama menegaskan kekuatan ekonomi domestik. Keyakinan konsumen naik dari 121,4 pada Oktober menjadi 124 pada November, sementara Indeks Penjualan Riil diproyeksikan tumbuh 5,9% (yoy).
Sektor manufaktur juga menunjukkan momentum ekspansif dengan PMI berada di level 53,3—tertinggi sejak Februari. Stabilitas harga pun terjaga, tercermin dari inflasi 2,72% (yoy), dengan pertumbuhan kredit nasional mencapai 7,36% (yoy).
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, optimisme pasar juga terlihat dari performa pasar modal.
“Belanja masyarakat sudah tinggi, IHSG juga hijau. Tahun ini ada 24 perusahaan IPO dengan dana yang dihimpun Rp15,2 triliun. Per Desember ada 13 perusahaan di pipeline—7 di antaranya perusahaan besar. Kalau kinerjanya positif hingga Januari, ‘Januari effect’ bisa mendorong ekonomi lebih baik di 2026,” ujar Airlangga dalam HUT Asosiasi Emiten Indonesia ke-37, Jumat (12/12).
Outlook 2026: Upside Risk Lebih Dominan
Pemerintah menilai potensi penguatan ekonomi (upside risk) pada 2026 lebih besar dibandingkan risiko pelemahan (downside risk). Dengan kondisi global yang lebih stabil dan agenda kebijakan yang progresif, Pemerintah optimistis target pertumbuhan ekonomi 5,4% bisa dicapai.
Momentum internasional juga semakin positif. Indonesia menuntaskan sebagian besar agenda perdagangan 2025, termasuk kerja sama strategis dengan Amerika Serikat. Perundingan IEU-CEPA selesai dan ditargetkan efektif pada 2027. Proses aksesi OECD pun menunjukkan kemajuan signifikan, dengan dukungan kuat dari berbagai negara agar Indonesia resmi bergabung pada 2027.
Airlangga mengungkapkan bahwa komunikasi intens dengan Ambassador USTR Jamieson Greer terus dilakukan. Delegasi Indonesia dijadwalkan kembali ke Washington D.C. dalam waktu dekat, dengan target finalisasi kesepakatan sebelum akhir tahun sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.
Dorongan Stimulus Akhir Tahun
Untuk memperkuat permintaan domestik menuju pergantian tahun dan Lebaran, Pemerintah menggelar rangkaian program stimulan konsumsi:
- Diskon transportasi 22 Desember 2025 – 10 Januari 2026
- EPIC Sale Nasional dengan target transaksi Rp56 triliun
- Harbolnas dengan target Rp34 triliun
- Program BINA dengan target Rp30 triliun
Langkah ini diharapkan menjaga momentum konsumsi rumah tangga—kontributor terbesar pada PDB.
Respons Cepat Bencana dan Kebijakan Pemulihan Ekonomi
Di tengah fokus ekonomi nasional, Pemerintah juga mengakselerasi penanganan bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Selain penanganan darurat, Pemerintah menyiapkan paket kebijakan ekonomi khusus untuk debitur KUR dan kelompok pekerja yang terdampak.
Dari total 996 ribu debitur KUR di tiga provinsi tersebut, sekitar 141 ribu debitur (18,2%) dengan baki debet Rp7,79 triliun diproyeksikan terdampak. Opsi kebijakan yang tengah difinalisasi meliputi:
- Restrukturisasi KUR
- Penyaluran KUR baru untuk pemulihan 2026
- Opsi pelunasan kewajiban bagi debitur tertentu
- Penghapusan/penghapustagihan denda iuran BPJS Ketenagakerjaan
- Kemudahan klaim JHT, JKM, JKK, dan JP
Pemerintah menargetkan paket kebijakan khusus ini diumumkan dalam beberapa hari mendatang.
Kesimpulan: Optimisme Menjelang 2026
Kombinasi ketahanan ekonomi domestik, bauran kebijakan yang adaptif, serta terobosan diplomasi ekonomi global menunjukkan bahwa Indonesia berada pada jalur yang kuat memasuki 2026. Dengan upside risk yang lebih dominan dan berbagai agenda strategis yang hampir rampung, fondasi pertumbuhan ekonomi nasional semakin kokoh. ***
BACA JUGA
