Pendidikan Menerangi Pesisir, Kolaborasi PHM dan Warga Bangun Harapan Baru

Kecerian siswa SMP 6 Anggana meski lokasi Sekolah berada di kawasan terpencil. (Foto: Amir Syarifuddin)

ANGGANA,Inibalikpapan.com – Dari kejauhan, bangunan sekolah berbentuk panggung dengan berwarna cat putih itu tampak menonjol di antara rimbunan pohon mangrove dan nipah yang membatasi pandangan. Papan nama bertuliskan SMP Negeri 6 Anggana berdiri sederhana di tepi sungai kecil yang menjadi akses utama dan membelah Desa Sepatin.

Sementara Desa Tani Baru juga tidak kalah dengan sulitnya akses ke desa tersebut. Posisi agak ke utara (atas) dari desa Sepatin. Dibutuhkan 2-3 jam menggunakan speedboat menyusuri hutan nipah yang tidak lagi semuanya rimbun.

Beruntungnya di desa Tani Baru, PHM telah membangun jembat sepanjang 7 kilometer dari kayu ulin. Jembatan ini dibangun berkat kolaborasi Pemda Kukar dan PHM. Jembatan itu menghubungkan desa Tani Baru dengan Muara Pantuan. Sehingga masyarakat tidak perlu lagi memutar menyusuri sungai jika ingin ke sekolah mereka.

di Desa ini terdapat sekolah TK Nurul Ilmi, SDN 014 Anggana, SMPN 4 Anggana dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar) Nurul Ilmi. Bagi sebagian orang, lokasi terpencil seperti ini mungkin tak masuk dalam peta pembangunan. Namun, bagi Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dan masyarakat setempat, Sepatin justru menjadi simbol kebangkitan pendidikan pesisir.

Anak-Anak Pesisir Tidak Takut Bermimpi

Bagi sarjana pesisir seperti Ayu Lestari guru SMP 6 Anggana bertekad menjadi panutan bagi adik-adik di desanya agar mau berubah melalui pendidikan. “Saya ingin anak-anak di pesisir tidak takut bermimpi. Pendidikan bisa mengubah masa depan kita,” katanya.

Ayu mengungkapkan bahwa dia tidak sendirian berhasil ke perguruan tinggi hingga lulus sarjana dari desa pesisir.  Ada Ismawati (25) dan Reski Herawati (25). Mereka juga  sahabatnya. Beda dua sahabatnya tinggal di desa Tani Baru. Mereka juga merasakan manfaat luar biasa dari beasiswa Sarjana Pesisir (SP) PHM.

Mereka berdua sekarang mengabdi di desanya di PKBM.  Syarat kuliah dengan beasiswa SP PHM salah satunya adalah selesai kuliah  mereka wajib mengabdi di desanya yakni Tani Baru.

“Saya baru selesai kuliah kemarin-kemarin (belum lama)  di Unmul tapi di wisudanya belum. Lagi nunggu wisuda,” kata Ismawati sarjana  Pendidikan Ekonomi, Unmul kepada inibalikpapan ketika dihubungi per telepon, Senin (20/10/2025).

Isma sudah mengabdi sebagai guru di Desa Tani sejak 2024. Ia dilibat sebagai salah satu guru penggerak selama setahun mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Desa Tani Baru. Meski hanya setahun diperbantukan di guru penggerak, Isma senang bisa dapat pengalaman berharga dalam mengajar termasuk kemampuan berbicara dihadapan orang banyak.

Baca berita terkait :

Baca Juga:
Sekolah Terapung Sepatin, Cahaya dari Tengah Delta Mahakam

Kini Isma dan rekannya dipercaya sebagai guru untuk berbagi ilmu kepada anak-anak di Desa Tani Baru PKBM  Nurul Ilmi sebagai guru honor dari dinas pendidikan Kukar.  Isma mengajar di PKBM Nurul Ilmi dengan 3 mapel yakni Ekonomi, Sosiologi dan Geografi.

“Saya dapat motivasi lihat tercerminan bu Risti dan Citra guru penggerak Indonesia Mengajar bekerjasama dengan PHM. Asik aja meskipun gaji gak banyak tapi menyenangkan bantu anak-bisa baca dan menulis dan jadi bekal pribadi untuk adik-adikm” jelasnya.

Status Isma dan Rezki sama sebagai guru honor dari Dinas Pendidikan Kukar di PKBM Desa Tani Baru Anggana Pesisir. Mereka berharap program SP PHM tetap berlanjut.

“Saya Hanya di PKBM ngajarnya.  Harapan dengan adanya beasiswa SP PHM ini membantu meringankan beban biaya pendidikan bagi mahasiswa/i yang berasal dari pesisir,” ujar Rezki guru Matematika ini.

 Dengan adanya beasiswa ini, diharapkan mahasiswa dapat lebih fokus pada studi mereka tanpa harus khawatir tentang biaya pendidikan. Dalam jangka panjang, beasiswa PHM diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah Anggana. “Serta semoga beasiswa SP PHM ini selalu berkelanjutan kedepannya,” harap Rezki.

Mereka berdua sekarang mengabdi di desanya.  Syarat kuliah dengan beasiswa SP PHM salah satunya selesai kuliah  mengabdi di desa Tani Baru.

“Saya baru selesai kuliah kemarin-kemarin (belum lama)  di Unmul tapi di wisudanya belum. Lagi nunggu wisuda,” kata Ismawati sarjana  Pendidikan Ekonomi, Unmul kepada inibalikpapan ketika dihubungi per telepon, Senin (20/10/2025).

Isma sudah mengabdi sebagai guru di Desa Tani sejak 2024. Ia dilibat sebagai salah satu guru penggerak selama setahun mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Desa Tani Baru. Meski hanya setahun diperbantukan di guru penggerak, Isma senang bisa dapat pengalaman berharga dalam mengajar termasuk kemampuan berbicara dihadapan orang banyak.

Kini Isma dan rekannya dipercaya sebagai guru untuk berbagi ilmu kepada anak-anak di Desa Tani Baru PKBM  Nurul Ilmi sebagai guru honor dari dinas pendidikan Kukar.  Isma mengajar di PKBM Nurul Ilmi dengan 3 mapel yakni Ekonomi, Sosiologi dan Geografi.

“Saya dapat motivasi lihat tercerminan bu Risti dan Citra guru penggerak Indonesia Mengajar bekerjasama dengan PHM. Asik aja meskipun gaji gak banyak tapi menyenangkan bantu anak-bisa baca dan menulis dan jadi bekal pribadi untuk adik-adikm” jelasnya.

Kini dua sarjana pesisir itu mengabdikan dirinya untuk kemajuan pendidikan warga desa Tani Baru. PKBM Tani Baru diketahui memiliki sebanyak 60  murid dan terbagi dalam 3 kelas.  Masing-masing kelas berjumlah 20-22 murid. Sedangkan guru berjumlah 10 orang. Mereka juga mengajar di SD 014 dan 017 serta SMP 4

“ Waktu itu saya ngajar Agustus 2024  sambil kuliah di Unmul. Sebulan 2-3 kali  ngajar di Tani Baru. Sekarang mengajar di PKBM Tani Baru,” tuturnya.

Ismapun berharap program dari PHM terus berlanjut terutama untuk beasiswa Sarjana Pesisir (SP).  Mengingat masih banyak warga pesisir yang ingin mendapatkan kesempatan yang sama dengan dirinya. “Saya angkatan pertama SP1 (sarjana pesisir) sekarang sudah SP6. Harapan program ini terus berlanjut untuk kemajuan pendidikan anak-anak pesisir,” harapnya.

PHM Ingin Ubah Cara Pandang Masyarakat Pesisir Terhadap Pendidikan

Head of Communication, Relations & CID PHM, Achmad Krisna Hadiyanto, menyebut pendidikan sebagai jantung pembangunan sosial. Pihaknya  percaya, pendidikan bukan hanya soal fasilitas, tapi tentang mengubah cara pandang masyarakat terhadap masa depan. “Karena itu, program kami menyentuh tiga hal utama: guru, siswa, dan lingkungan sekolah,” katanya.

Sejak 2021, PHM secara bertahap meluncurkan program Sekolah Negeri Terapung di Sepatin dan beberapa sekolah lain di wilayah Delta Mahakam. Program ini tak sekadar CSR seremonial. Di baliknya, ada riset mendalam, pendampingan berkelanjutan, serta pelibatan langsung masyarakat.

Achmad Krisna menyebutkan bahwa 2025-2026 diharapkan program ini sudah jauh lebih mandiri. “Terdapat Kemandiran, yakni melakukan kemitraan strategis, guru asli daerah dengan kapasitas memadai dan replikasi di wilayah pesisir lain,” harapnya.

Guru-guru di sekolah mendapat pelatihan Project Based Learning (PBL) dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema lingkungan dan pencegahan NAPZA. Sementara siswa diajak mengembangkan kreativitas melalui kegiatan literasi, menggambar, dan proyek sosial berbasis komunitas. “Kami ingin menciptakan sekolah yang kontekstual. Anak-anak belajar dari lingkungannya sendiri tentang sungai, ekosistem, hingga kehidupan nelayan. Itulah pendidikan yang relevan dengan tempat mereka tumbuh,” tambah Krisna.ayah pesisir lain,” harapnya.

Guru-guru juga di sekolah mendapat pelatihan Project Based Learning (PBL) dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema lingkungan dan pencegahan NAPZA. Sementara siswa diajak mengembangkan kreativitas melalui kegiatan literasi, menggambar, dan proyek sosial berbasis komunitas.

“Kami ingin menciptakan sekolah yang kontekstual. Anak-anak belajar dari lingkungannya sendiri tentang sungai, ekosistem, hingga kehidupan nelayan. Itulah pendidikan yang relevan dengan tempat mereka tumbuh,” tambah Krisna.

Kini, wajah SMPN 6 Anggana jauh berbeda dibanding beberapa tahun lalu. Per 1 Januari 2025 mereka telah menempati tempat baru tidak jauh dari lokas lama. Sebelumnya mereka sekolah bersama di gedung SD 016.

Sekolah baru lebih segar dan berdiri kokoh dengan cat baru. Ruang guru dan kelas dilengkapi meja komputer sederhana hasil bantuan program CSR. Yang lebih penting, semangat belajar meningkat drastis.

“Kalau dulu banyak anak yang berhenti sekolah karena malas naik perahu jauh-jauh, sekarang malah mereka yang minta tambahan pelajaran sore,” kata Naila Faza Kamila, salah satu guru penggerak yang aktif membina siswa.

Ia bercerita, sebelum program ini berjalan, sebagian siswa bahkan belum mengenal dasar literasi digital.

“Sekarang mereka sudah bisa mengirim karya ke lomba luar negeri secara daring, pakai laptop bantuan dari program CSR. Itu kemajuan luar biasa bagi daerah pesisir seperti kami,” ujarnya dengan bangga.

Guru lain, Tata Irawati, menambahkan bahwa kehadiran PHM bukan hanya memberi bantuan, tetapi menghadirkan kehadiran moral.

“Mereka datang bukan hanya membawa program, tapi juga pendampingan. Ada pelatihan, ada follow-up, ada komunikasi terus-menerus. Kami merasa tidak sendirian,” tuturnya.

Selain mendukung sekolah, PHM juga memperluas program berbasis energi bersih melalui pemasangan solar home system (SHS) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk beberapa fasilitas umum dan rumah warga di sekitar delta.

Langkah itu menjadi solusi bagi daerah yang belum terjangkau listrik PLN secara penuh.

“Kami di sini listriknya masih terbatas. Jadi pas PHM bantu pasang solar cell, dampaknya terasa banget. Anak-anak bisa belajar malam hari tanpa takut lampu padam,” ungkap Murni, salah satu warga yang rumahnya ikut program SHS.

Dengan adanya listrik mandiri, kegiatan belajar malam dan program keagamaan di masjid juga semakin aktif.
“Dulu kalau mati lampu, pengajian berhenti. Sekarang kami punya cadangan energi sendiri,” tambahnya.

Pendidikan Jadi Investasi Jangka Panjang

Kepala Desa Sepatin, Arianto Juanda, menyebut sinergi dengan PHM sebagai model kemitraan antara perusahaan dan masyarakat.

“Kami tidak ingin masyarakat hanya jadi penerima bantuan. Kami ingin mereka juga terlibat, punya rasa memiliki, dan berperan aktif,” jelas kepala desa berpenampilan gaul ini.

Arianto mengatakan, pemerintah desa turut mengalokasikan tiga persen dana desa untuk mendukung pendidikan, mulai dari beasiswa, bantuan santri, hingga program hafalan Al-Qur’an bagi anak-anak.Tidak ada kompromi keberpihakan desa untuk ikut mengembangkan SDM warganya terutama anak-anak yang menjadi generasi penerus dengan investasi kepada pendidikan untuk jangka panjang.

“Dana desa memang terbatas, tapi kami sisihkan karena kami percaya pendidikan adalah investasi terbaik untuk jangka panjang,” ujarnya.

Ia menambahkan, perubahan paling nyata terlihat dari meningkatnya partisipasi masyarakat.

“Dulu kalau ada kegiatan sekolah, yang datang hanya guru dan murid. Sekarang, orang tua ikut bantu dekorasi kelas, nyumbang bahan, bahkan bantu antar anak ke sekolah. Ada semangat gotong royong yang tumbuh lagi,” kata Arianto.

Dari perubahan di sekolah, efek domino mulai terasa di bidang lain. Program PHM di pesisir Anggana juga menyentuh pelatihan nelayan, pengembangan BUMDes, serta pemberdayaan pemuda desa.

Bahkan, kelompok pemuda kini mampu memproduksi perahu fiber sendiri hasil dari pelatihan dan dukungan bahan baku dari program tanggung jawab sosial tersebut. “Sekarang anak muda di sini tidak cuma ikut orang tua ke laut. Mereka bisa bikin perahu, bisa buka usaha kecil. Itu dampak yang tidak langsung tapi besar,” ungkap Arianto lagi.

(Bagian-II*)

Penulis : Amir Syarifuddin dan Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses