Perayaan Paskah 2025 di Palestina: Ibadah di Tengah Derita, Iman di Tengah Konflik
YERUSALEM, Inibalikpapan.com – Paskah 2025 di Palestina dirayakan dalam suasana yang jauh dari damai. Di tengah pembatasan ketat dan bayang-bayang kekerasan, umat Kristen Palestina tetap menggelar misa dan doa bersama, menjadikan momen sakral ini sebagai lambang keteguhan iman serta harapan di tengah konflik yang belum usai.
Yerusalem: Ibadah Dibatasi, Makna Paskah Dipertajam
Di Kota Tua Yerusalem, hanya sekitar 4.000 dari 50.000 umat Kristen Palestina yang mendapat izin dari otoritas Israel untuk memasuki kota suci selama Pekan Suci. Izin tersebut pun bersifat terbatas dan disertai dengan pengawasan ketat.
Di sepanjang jalan menuju Gereja Makam Kudus, tempat suci yang dipercaya sebagai lokasi penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus, jemaah menghadapi hambatan seperti pemeriksaan berlapis hingga kehadiran aparat keamanan dalam jumlah besar.
Tidak sedikit pula yang melaporkan adanya intimidasi verbal dan kekerasan fisik dari kelompok pemukim ekstremis Yahudi
“Setiap tahun kami datang dengan hati penuh pengharapan, tapi realitas di lapangan sangat berat. Namun iman kami tak tergoyahkan,” ujar seorang jemaah asal Betlehem, dikutip dari The Guardian
Meski dibatasi secara fisik, Paskah di Yerusalem tetap hidup dalam semangat. Prosesi Jalan Salib yang melewati Via Dolorosa berlangsung khidmat, diikuti oleh ratusan umat dari berbagai denominasi Kristen.
BACA JUGA :
Gaza: Doa di Tengah Serangan
Di Gaza, situasinya lebih menyayat hati. Serangan udara Israel beberapa hari sebelum Jumat Agung menyebabkan lebih dari 50 warga sipil meninggal dunia, termasuk anak-anak.
Meskipun berada dalam kondisi darurat, umat Kristen tetap menggelar misa Paskah di Gereja Saint Porphyrius, salah satu gereja tertua di wilayah tersebut.
“Kami merayakan Paskah dengan air mata. Namun penderitaan ini justru menguatkan makna kebangkitan bagi kami,” ungkap Pastor Youssef, pemimpin misa di gereja tersebut, dikutip dari Al Jazeera.
Suasana duka menyelimuti, tetapi solidaritas antarwarga lintas agama tetap kuat. Banyak warga Muslim ikut membantu mengamankan gereja dan mendistribusikan bantuan bagi keluarga yang terdampak.
Simbol Ketahanan Iman dan Identitas Palestina
Paskah tahun ini tidak hanya menjadi ritual religius, tetapi juga momentum solidaritas dan pernyataan identitas bagi umat Kristen Palestina yang jumlahnya terus menyusut akibat konflik dan migrasi.
Sejumlah gereja dari berbagai mazhab—Katolik, Ortodoks, dan Protestan—menggelar misa bersama sebagai wujud persatuan di tengah tekanan.
Dalam pernyataannya, organisasi Kairos Palestine, jaringan Kristen lokal yang memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina, menyerukan solidaritas global terhadap umat Kristen yang tetap bertahan di tanah suci mereka
“Kristus bangkit dari kematian. Maka kami pun percaya, bahwa dari reruntuhan ini, harapan akan bangkit,” tutup seorang biarawati dari Gaza, dikutip dari Council for World Mission.
BACA JUGA

