Pertamina Hulu Indonesia Ajak Pekerja Media Perkuat Pemahaman Publik soal Industri Migas
BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) kembali menggelar Baso Iga PHI – Bincang Asik Soal Migas ala PHI, sebuah forum penguatan kapasitas untuk jurnalis di Kalimantan. Kegiatan ini menjadi ruang dialog agar insan media semakin memahami perkembangan industri migas yang menghadapi tantangan kian berlapis, mulai dari aspek operasional, teknis, hingga finansial.
Manager Communication, Relations & CID PT PHI Dony Indrawan menyampaikan bahwa kebutuhan edukasi publik semakin besar seiring perubahan zaman dan generasi.
“Dulu mungkin orang tua kita yang bersinggungan langsung dengan industri migas. Sekarang teman-teman media yang hadir sebagai generasi baru harus memahami industrinya dengan tepat agar pemberitaan juga lebih akurat,” ujarnya.
Program bincang hadir dalam beberapa edisi, salah satunya edisi upskilling yang memberi kesempatan jurnalis memperkaya pemahaman langsung dari sumbernya. “Saya sudah melakukan kegiatan seperti ini sejak belasan tahun lalu. Harapannya setiap peserta bisa benar-benar merasakan manfaatnya setelah mengikuti sesi ini,” katanya.
Dalam paparannya, Dony menyinggung dinamika lapangan di Zona 8, 9, dan 10 yang berada dalam naungan PHI. Meski lokasinya berbeda, tantangan operasi dinilai relatif serupa dan membutuhkan pemahaman publik yang jernih. Karena itu, ia menilai peran media strategis dalam menjaga opini publik tetap objektif dan tidak terjebak mispersepsi.
Mengapa Perlu Pemahaman?
Dony memaparkan urgensi dukungan publik pada sektor migas di tengah penurunan produksi nasional. Ia menyebut kebutuhan energi Indonesia mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari, sementara produksi domestik baru mampu memenuhi sekitar 600 ribu barel per hari. “Artinya satu juta barel harus diimpor. Ini mengambil devisa negara dan sangat membebani keuangan pemerintah,” jelasnya.
Wilayah kerja di bawah PHI menghasilkan sekitar 58 ribu barel per hari. Jika terjadi penurunan, dampaknya langsung terasa terhadap nilai impor energi. “Kalau kita hitung, 50 ribu barel saja dengan harga minyak 65 dolar per barel berarti 3,25 juta dolar per hari, atau sekitar 52 miliar per hari. Dalam setahun hampir 19 triliun rupiah. Angka ini sangat signifikan,” tegasnya.
Karena itu, Dony berharap media dapat menjadi mitra yang membantu memperluas edukasi publik dan menjaga iklim yang kondusif bagi kelangsungan operasi migas. “Minimal netral, kalau bisa mendukung. Karena energi adalah kebutuhan kita bersama,” ucapnya.
Menutup sesi, ia berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan lebih rutin di berbagai wilayah kerja. “Kami ingin interaksi antara perusahaan dan media semakin terbuka, akurat, dan produktif. Semoga dari sini kita bisa terus menjaga reputasi energi Indonesia,” tutupnya.***
BACA JUGA
