BALIKPAPAN, Inibalikpapan – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan mewaspadai sejumlah potensi risiko yang bisa menyebabkan infalsi pada tahun ini. Hal itu disampaikan Ketua TPID Kota Balikpapan Rizal Effendi.

Dia mengungkapkan, harus ada langkah antisipasi yang dilakukan untuk mengendalikan inflasi daerah, misalnya dengan inovasi dan terobosan diantaranya melalui program Urban Farming seperti Gerakan Wanita Matilda (GWM).

Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dicermati, karena berpotensi terjadinya inflasi yakni, curah hujan yang tinggi hingga akhir Maret 2020, kenaikan cukai rokok, kenaikan tarif BPJS dan peningkatan komsumsi terkait pemindahan Ibukota Negara (IKN).

Selain itu, kenaikan tarif listrik non subsidi, curah hujan tinggi yang berpotensi mengganggu produksi bahan pangan dan ketidaklancaran distribusi, berakhirnya masa panen cabai pada sentra produksi, termasuk pilkada 2020.

Sebagai upaya mengantisipasi risiko inflasi, akan dilakukan beberapa hal yakni melakukan identifikasi konsumsi pangan Kota Balikpapan dalam rangka penyusunan Surplus Defisit Pangan Kota Balikpapan, mewujudkan kerjasama antar daerah (KAD) untuk menjamin ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi terutama untuk komoditas pangan strategis dan volatile.

Kemudian melakukan asesmen lanjutan terhadap dampak pemindahan Ibukota Negara  terutama terkait peningkatan permintaan kebutuhan pangan terhadap inflasi Kota Balikpapan dan melakukan program Urban Farming, kampanye bijak berbelanja dan edukasi inflasi secara lebih masif.

“TPID Kota Balikpapan akan lebih meningkatkan sinergi dan kolaborasi program antar anggota sebagai upaya pencapaian inflasi Kota Balikpapan yang terjaga pada level 3,0% ± 1,” ujarnya.

Inflasi Kota Balikpapan pada Desember 2019 tercatat sebesar 1,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun 2018 sebesar 3,13% (yoy), namun sedikit lebih tinggi dibandingkan pencapaian inflasi Provinsi Kaltim tahun 2019 sebesar 1,66% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 2,72% (yoy).

Inflasi tersebut dipengaruhi oleh inflasi bahan makanan yang menyumbang 1,17% (yoy), didorong oleh kenaikan harga pada subsektor sayur-sayuran yang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami volatilitas inflasi yang relatif tinggi karena keterbatasan pasokan di Kota Balikpapan.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version