BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang diperkirakan tidak lepas dari hingar binger hoax di media social. Apalagi dari 210 juta penduduk Indonesia, sebanyak 186 juta melek media social. Namun anehnya, penyebar hoax di Pilkada ini didominasi dari kalangan generasi tua.

Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Alfitra Salamm mengatakan berdaasarkan survey juga diketahui generasi tua paling banyak melakukan penyebaran hoax di pilkada.

“Karena selain baper generasi tua ini laper larut dalam perasaan. Ini  orangtua paling banyak anak muda tidak pernah baper. Anak mud aitu pengetahuan politik sangat rendah dan dia tidak ikut proses hoax itu contohnya anak saya dia tahu mana hoax mana tidak. Dalam keluarga saya ada Wa grup, kalau saya bikin berita keponakan saya kecil itu tau om ini hoax om ,” tuturnya kepada media saat ngobrol etika penyelenggara pemilu dengan Media belum lama ini.

Sehingga dapat dikatakan Alfitra penggunaan medsos di kalangan generasi muda jauh lebih baik dari generasi tua dalam hal hoax. “Lebih kritis anak muda karena kalau orang tua itu lebih bangga penyebar utama berita seolah-olah berita itu baik padahal belum tentu benar,” ujarnya.

Alfitra menyebutkan informasi juga ini terdapat istilah lain yakni ada misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. “Semuanya itu sifatnya tidak benar . Ancaman serius di 2019 adalah tim buzzer. Sudah berbayar mereka dan itu serangan bertubi-tubi. Kemungkin besaar nanti tim buzzer ini yang bekerja Ketika minggu tenang. Dia membentuk opini, membentuk cara bagaimana orang mengarahkan ke calon tertentu. Inilah tugas kita,” tandasnya.

Tim buzzer ini katanya bisa membentuk opini seolah calon bupati, wali kota atau gubernur ini tidak baik. “Cara kerja tim buzzer ini luar biasa. Kalau tingkat nasional ada isu  tertentu nah tim buzzer yang bergerak, semuanya serangan. Saya pernah kena serang juga. Saya matikan facebook saya seminggu karena betul-betul diserang terus,” ujarnya.

Peta medsos dalam pilkada menuruutnya akan sangat bervariasi karena itu masyarakat pengguna jangan menganggap serius konten media social. Covid akan menentukan pula sikap memilih karena itu pilkada sehat dan aman sangat menetukan  pula hasilnya.

”Sekarang bergantung pada pemilih, pemilih yang menurut saya menentukan seberapa  yakin dia keluar pas covid ini, karena dia pengen sehat gak mungkin ingin sakit,” tukasnya.  

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version