Potensi Puting Beliung Menurun Saat Puncak Monsun, BMKG Wanti-wanti Kaltim Justru Rawan Angin Kencang-Badai Petir
BALIKPAPAN, inibalikpapan.com — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut potensi angin puting beliung di Kalimantan Timur cenderung menurun saat memasuki fase puncak monsun barat. Meski begitu, masyarakat diminta tidak lengah karena ancaman cuaca ekstrem tetap tinggi, terutama berupa angin kencang dan badai petir akibat pertumbuhan awan cumulonimbus.
Prakirawan BMKG Balikpapan, Henu Aulia Zuardi, menjelaskan bahwa berdasarkan catatan historis, fenomena puting beliung lebih sering terjadi pada masa peralihan musim, bukan saat monsun telah aktif penuh.
“Kalau kemarau ke musim hujan itu biasanya September–Oktober. Kemudian peralihan lagi dari musim hujan ke kemarau terjadi sekitar Maret–April. Di periode itu kasus puting beliung lebih sering muncul,” jelasnya.
Risiko Angin Kencang dan Badai Petir
Memasuki akhir tahun hingga awal tahun berikutnya, saat monsun barat mulai mendominasi, pola ancaman berubah. Puting beliung relatif lebih jarang, namun risiko angin kencang dan badai petir meningkat signifikan.
“Kalau sudah mulai aktif monsun barat, puting beliung relatif jarang terjadi. Tapi yang justru meningkat adalah potensi angin kencang dari awan cumulonimbus. Badai petir juga akan banyak terjadi, terutama saat kita masuk puncak musim hujan,” kata Henu.
BMKG mencatat puncak musim hujan di Kalimantan Timur umumnya terjadi pada Januari. Pada periode ini, pembentukan awan konvektif berlangsung lebih intens. Awan cumulonimbus yang tumbuh cepat berpotensi memicu hujan lebat disertai kilat, petir, dan hembusan angin kencang yang bisa merusak.
Ia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai tanda-tanda awal terbentuknya awan badai. “Kalau melihat awan menjulang tinggi seperti bunga kol, disertai udara terasa lebih panas dari biasanya, itu tanda awal pembentukan awan cumulonimbus. Biasanya tidak lama akan terjadi hujan lebat, petir, atau angin kencang,” katanya.
BMKG juga mengingatkan agar aktivitas di luar ruangan dibatasi ketika langit mulai gelap, mendung ekstrem, atau terdengar guruh. Warga diminta waspada terhadap risiko lanjutan seperti pohon tumbang, baliho roboh, serta genangan dan banjir lokal akibat intensitas hujan tinggi.
Di akhir penjelasannya, Henu mengajak masyarakat untuk tetap tenang sekaligus siaga menghadapi dinamika cuaca. “Cuaca adalah anugerah sekaligus pengingat. Ia mengajarkan kita untuk bersiap, menjaga diri, dan saling peduli. Semoga musim hujan ini membawa berkah, bukan musibah,” tutupnya.
BACA JUGA
