Prabowo Reshuffle: Sri Mulyani Diganti, Ekonomi ke Mana?
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Prabowo Subiyanto melakukan resufle kabinet dan salah satu meteri yang di resufle adalah menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati, seorang menteri yang sangat panjang menjabat menjadi menteri keuangan di Republik Indonesia. Apa yang akan terjadi apabila Sri Mulyani Indrawati di ganti Purbaya Yudhi Sadewa
Sri Mulyani Indrawati
Sri Mulyani adalah sosok menteri keuangan yang terlalu ketat menjaga kebijakkan moneter dengan menarik uang dari pasar atau pengetatan yang membuat pasar kering dan pertumbuhan menurun.
Namun pada saat bersamaan justru tidak melakukan pengereman saat Jokowi banyak sekali mengeluarkan anggaran yang tidak produktif seperti membangun IKN dan memberikan bansos. Bahkan bansos yang banyak di salah gunakan untuk kepentingan kekuasaan. Anggaran pemerintah membengkak dan akhirnya cari solusi termudah yaitu membuat hutang baru dan menaikkan pajak, pajak naik rakyat tertekan.
Sebagai gambaran betapa besarnya hutang yang di wariskan presiden Jokowi di bandingkan dengan hutang yang di wariskan presiden SBY pada akhir pemerintahannya sebagai berikut:
- Susilo Bambang Yudhoyono (SBY): Rp 2.608,8 triliun
- Joko Widodo (Jokowi): Rp 8.353,02 triliun
Pemerintahan Jokowi kerap dituding gemar menghamburkan uang untuk program bansos, yang oleh banyak pengamat dinilai lebih menguntungkan kepentingan politik daripada rakyat. Janji membangun IKN tanpa menggunakan APBN pun terbantahkan, karena belanja negara tetap tersedot ke sana. Ditambah lagi, proyek dan bansos tersebut dianggap ikut mendongkrak calon presiden dan wakil presiden yang didukungnya. Ujung-ujungnya, beban utang dan konsekuensinya akan ditanggung rakyat.
Harapan ke Meteri Keuangan Baru
Memang terlalu awal untuk menilai menteri yang baru, namun hanya harapan yang bisa membuat kita bisa melawan frustasi akibat kondisi ekonomi yang turun akibat pembangunan yang ugal-ugalan dan tidak banyak menumbuhkan perekonomian selama ini.
Berikut adalah kebijakan Meteri Baru yang memberikan Harapan
- Mengalirkan Rp 200 triliun dana pemerintah di Bank Indonesia (BI) ke perbankan.
Dengan menggunakan dana Rp. 200 trilyun usaha akan bisa bergerak karena darah segar akan membawa makanan atau stimulus kepada usaha-usaha yang sangat membutuhkan dana untuk memutar usahanya.
Berikut adalah potensi yang di harapkan terstimulus apabila dana 200 trilyun berputar:
- Sektor UMKM dan koperasi → Rp50 triliun → potensi tambahan kredit Rp100–150 triliun
- Sektor konstruksi dan infrastruktur → Rp60 triliun → potensi tambahan kredit Rp120–180 triliun
- Sektor industri manufaktur → Rp40 triliun → potensi tambahan kredit Rp80–120 triliun
- Sektor pertanian dan perikanan → Rp25 triliun → potensi tambahan kredit Rp50–75 triliun
- Sektor ekonomi digital dan startup → Rp25 triliun → potensi tambahan kredit Rp50–75 triliun
2. Mempercepat APBN agar terjadi serapan anggaran
Kebijakan kedua yang dicanangkan adalah mempercepat realisasi APBN. Logikanya sederhana: begitu anggaran segera turun, roda ekonomi langsung berputar. Dana publik yang ibarat “darah segar” itu mengalir ke berbagai proyek, dari pembangunan infrastruktur hingga program pemberdayaan masyarakat.
Aliran dana inilah yang menjadi motor penggerak utama. Kontraktor mulai bekerja, tenaga kerja terserap, bahan baku terserap dari industri, hingga pedagang kecil ikut merasakan imbasnya. Aktivitas ekonomi yang bergerak secara simultan pada akhirnya menghidupkan kembali usaha di sektor primer seperti pertanian, perikanan, maupun energi, sekaligus sektor sekunder seperti manufaktur dan industri pengolahan.
Dengan kata lain, APBN yang cair lebih cepat tidak sekadar angka di atas kertas. Ia adalah energi nyata yang mampu menyalakan kembali mesin ekonomi nasional, memberi napas baru bagi dunia usaha yang sempat tertekan.
- Menjaga kondisi likuiditas agar system ekonomi tidak “kering”
Dengan mencairkakan dana 200 t, setidaknya ada 2 hal penting yang akan menstimulus pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
a. Penyaluran dana pemerintah ke perbankan untuk memperbesar ruang kredit
Perbankan akan menerima suntikan dana segar dari pemerintah. Dana ini tidak berhenti di bank, melainkan mengalir ke para pemilik usaha dalam bentuk kredit baru. Begitu pelaku usaha mendapatkan akses pembiayaan, mereka bisa membeli bahan baku, mengolahnya, lalu menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Rantai ini kemudian berlanjut: para pemasok (supplier) ikut kecipratan penjualan tambahan, distribusi bergerak, dan sektor pendukung lain ikut terdorong. Satu aliran dana menciptakan efek berantai—dari bank ke pengusaha, dari pengusaha ke supplier, dan dari supplier ke pasar. Inilah cara sederhana bagaimana likuiditas bisa berubah menjadi denyut nadi pertumbuhan ekonomi.
b. Stabilitas arus kas antar sektor agar aktivitas ekonomi tetap bergerak
Stabilitas arus kas antar sektor menjadi penentu apakah aktivitas ekonomi terus bergerak atau justru tersendat. Jika alirannya lancar, maka roda produksi, distribusi, dan konsumsi sama-sama berputar, menciptakan lingkaran yang sehat. Jika tersumbat, efek dominonya bisa cepat terasa: dari kredit macet, usaha terhenti, hingga daya beli melemah.
Sebagai ilustrasi apabila darah dalam tubuh membawa makanan dan mengedarkannya keseluruh tubuh, sel sel akan hidup dan berkembang dengan baik
- Memperbaiki koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter.
Dengan koordinasi dan menggunakan kebijakan yang selaras antara kebijakan fiskal, ekonomi akan berjalan selaras sehingga menghasilakan pertumbuhan yang baik. ada 2 hal yang perlu di cermati apabila antara kebijakan fiskan dan moneter tidak sinkron:
Pertama, inflasi bisa melonjak sementara ekonomi justru tersedak. Bayangkan pemerintah mendorong belanja besar-besaran lewat APBN, yang otomatis butuh dana segar dalam jumlah besar. Namun di saat bersamaan, bank sentral mengetatkan moneter dengan menaikkan suku bunga. Akibatnya, pelaku usaha sulit mendapatkan pembiayaan murah. Proyek belanja yang seharusnya memicu pertumbuhan akhirnya tak terserap dengan baik. Alih-alih mendorong roda ekonomi, yang terjadi justru perlambatan.
Kedua, kepercayaan pasar mudah goyah. Ini mungkin skenario yang paling ditakuti. Investor dan pelaku usaha membaca sinyal yang bertabrakan: fiskal bilang “gas”, moneter bilang “rem”. Ketidakpastian seperti ini membuat investor menahan diri, menunda ekspansi, bahkan—dalam kondisi paling buruk—memindahkan modal ke luar negeri. Begitu kepercayaan terganggu, kerugian tidak hanya jangka pendek, tetapi juga merembet ke prospek ekonomi jangka panjang.
- Memantau kinerja belanja kementerian/lembaga dan mempercepat eksekusi program-program pemerintah.
langkah kelima adalah langkah yang sangat penting dimana program-program yang telah diputuskan di pastikan berjalan sesuai rencana.
Selamat bekerja menteri keuangan jaga keluargamu tidak mengganggu program-program baikmu sehingga langkah perbaikan ekonomi dengan memperlacar usaha dengan dana segar yang taruh di pasar atau system. Semoga berhasil.
BACA JUGA
