SEBULU, Inibalikpapan – Madrasah Ibtidaiyah (MI) Attolibin Sebulu Kutai Kertanegara (Kukar) memiliki cara sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan tetap berpretasi siswa-siswinya melalui program mengaji dan gerakan literasi.

Gerakan literasi yakni melakukan program membaca senyap selama 15 menit, terutama di hari Jumat dan Sabtu. Kemudian siswa diminta untuk menceritakan isi buku di depan kelas. Kemudian menggelar lomba literasi.

“Sebagai awalan, kegiatan membaca ini sudah rutin di hari Jumat dan Sabtu,  di hari-hari lain intensitasnya masih kurang, kami akan tingkatkan ke depan. Ini masih dalam tahap pengenalan,” ujar Riska Haneri,  Kepala Madrasah Ibtidaiyah Attolibin melalui rilis yang diterima inibalikpapan

Lomba literasi diadakan setahun sekali, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Indonesia. Setiap kelas mengirimkan wakilnya dua orang, satu perempuan satu laki-laki. Lomba dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu kelas atas 4,5 dan 6 dan kelas bawah 1, 2 dan 3.  

Lomba  berbentuk menceritakan kembali isi buku bacaan. Penilaian dilakukan oleh empat juri guru-guru di madrasah tersebut, dan didasarkan atas beberapa kriteria: intonasi, ekspresi, menarik tidaknya cerita dan kepercayaan diri siswa. 

“Yang paling menarik dari lomba demikian adalah melihat munculnya bakat-bakat siswa. Ternyata banyak anak-anak yang pemberani dan ekspresif. Tanpa lomba ini, kita tidak akan mengetahui ternyata banyak anak-anak yang percaya diri di madrasah ini,” ujar Riska.

Lalu pojok baca dan pengadaan buku sekolah lewat peran serta masyarakat. Orang tua siswa di sekolah ini menyumbang secara sukarela buku-buku cerita ke sekolah; minimal yang didapatkan adalah satu buku satu orang tua siswa. Mereka juga membangun pojok-pojok baca di setiap kelas tempat anaknya belajar. 

“Kurang lebih kami dapatkan 250 sumbangan buku dari orang tua siswa, setelah kami umumkan bahwa sekolah ini akan melakukan gerakan literasi dan membutuhkan peran serta orang tua siswa,” ujarnya 

Selain menggerakkan masyarakat untuk berperan lebih besar dalam gerakan literasi sekolahm juga melakukan bverbagai kegiatan lainnya. Membentuk paguyuban kelas. Termasuk juga program PINTAR kerjasama dengan Dinas Pendidikan, Kemenag dan  Tanoto Foundation. 

“Di kelas enam, kami ubah bentuk bangku menjadi berkelompok. Ini sesuai dengan model pembelajaran aktif yang kami dapatkan dari program PINTAR,” ujar Armat, Ketua Komite Madrasah Ibtidaiyah Attolibin. 

Sementara untuk program mengaji kata Riska, untuk menunjukan ciri khas madrasah,  sekolah mengadakan program mengaji iqra atau tilawati mulai kelas satu sampai kelas enam.

“Ciri khas madrasah adalah adanya pengajian al Quran. Program tilawati ini diadakan rutin tiap hari. Program mengaji  dan  program literasi  kita akan terapkan di madrasah ini agar beriringan,” ujar Riska  

“Minat orang tua siswa semakin tinggi menyekolahkan ke madrasah kami. Bahkan kami menutup penerimaan sebelum SD-SD lain membuka penerimaan. Padahal kami dikelilingi empat sekolah dasar.”

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version