PSSI Larang Pemain Timnas U-17 Indonesia Bermain Media Sosial

Pelatih Timnas U-17 Indonesia Nova Arianto / PSSI
Pelatih Timnas U-17 Indonesia Nova Arianto / PSSI

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Imbas dari maraknya bullying dan rasisme terhadap pemain Timnas Indonesia, PSSI bersama pelatih Timnas U-17 Nova Arianto sepakat melarang seluruh pemain muda untuk tidak bermain media sosial sementara waktu.

Kebijakan itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir, didampingi Direktur Teknik Alexander Zwiers dan Sekjen Yunus Nusi, dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube resmi PSSI, Jumat (24/10/2025).

“Coach Nova, saya, Sekjen, dan Direktur Teknik sudah sepakat, untuk pemain-pemain U-17 setop dulu main media sosial,” tegas Erick.

Menurut Erick, keputusan ini diambil untuk melindungi kondisi mental para pemain muda yang tengah menjalani persiapan intens menuju Piala Dunia U-17 2025 bulan depan.

“Kasihan anak-anak, belum tentu mereka sekuat kita. Kalau saya dan Pak Sekjen mungkin sudah biasa dibully, tapi anak-anak U-17 ini harus kita jaga mentalnya,” ujarnya.

PSSI Tegaskan Sikap Tegas Lawan Bullying dan Rasisme

Langkah pembatasan akses media sosial bagi pemain muda ini merupakan tindak lanjut dari sikap tegas Erick Thohir yang sebelumnya mengecam keras tindakan bullying, ujaran rasis, dan diskriminasi terhadap pemain Timnas senior usai kegagalan ke Piala Dunia 2025.

“Kritik boleh, tapi jangan sampai jadi serangan pribadi atau kebencian. Itu bukan budaya bangsa kita,” tegas Erick.

Mantan Presiden Inter Milan itu juga menegaskan, seluruh pemain adalah aset bangsa yang harus dijaga bersama, bukan dijatuhkan dengan hinaan.

“Kita punya pemain seperti Rizky Ridho, Marselino Ferdinan, generasi emas yang sedang kita bangun. Jangan dirusak dengan komentar negatif,” katanya.

Komitmen PSSI: Tolak Diskriminasi, Jaga Moral Pemain

Erick menegaskan sejak awal kepemimpinannya, PSSI berkomitmen menolak segala bentuk diskriminasi dan stereotip, termasuk terhadap pemain asal Indonesia Timur.

“Saya tidak mau ada diskriminasi. Mereka saudara kita. Tidak boleh ada pelabelan seperti itu di sepak bola Indonesia,” tegasnya.

Ia pun meminta media dan warganet berperan aktif dalam menciptakan ruang digital yang sehat bagi dunia sepak bola nasional.

“Kasihan pemain kita. Mereka juga manusia yang sedang tumbuh. Jangan sampai kegagalan di lapangan membuat mereka gagal berkembang sebagai individu dan atlet,” tutup Erick.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses