Setelah Midsommar dan Hereditary, Sutradara Ari Aster Hadirkan Teror Baru lewat ‘Eddington’

Film Eddington tayang pertengahan Juli 2025 ini di bioskop Amerika Serikat. (Foto: imdb.com)

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Setelah Hereditary, Midsommar, dan Beau is Afraid, sutradara Ari Aster kembali mengaduk-ngaduk kegelisahan batin penonton lewat film terbarunya, Eddington. Film ini akan tayang di bioskop Amerika Serikat mulai 18 Juli 2025, setelah sebelumnya menjalani pemutaran terbatas di Festival Film Cannes ke-78 pada 16 Mei lalu.

Eddington membawa penonton ke masa yang masih segar dalam ingatan: Mei 2020. Saat pandemi COVID-19 baru saja mengubah cara hidup manusia di seluruh dunia, Ari Aster memilih untuk menempatkan cerita dalam suasana kacau itu. Namun, bukan lewat keramaian kota besar atau rumah sakit penuh pasien, melainkan dari sudut sebuah kota kecil bernama Eddington, di New Mexico.

Sinopsis Eddington

Kisah bermula dari Lindsay dan Marc, pasangan suami istri yang mobilnya kehabisan bensin di tengah jalan. Mereka lalu masuk ke Eddington, kota yang pada awalnya terlihat tenang dan bersahabat. Tapi malam membawa warna lain. Seiring waktu, mereka menyadari bahwa kota ini menyimpan ketegangan sosial yang perlahan meledak. Ini gegara konflik laten antara dua tokoh sentral: Sheriff Joe Cross dan Wali Kota Ted Garcia.

Joaquin Phoenix memerankan Sheriff Cross, seorang penegak hukum tua yang sinis, keras kepala, dan lelah dengan segala bentuk kepura-puraan. Sementara Pedro Pascal berperan sebagai Wali Kota Garcia, sosok pemimpin muda yang berapi-api dan ingin membawa perubahan. Namun perubahan, sebagaimana biasa, tak pernah datang tanpa perlawanan.

Konflik antara Cross dan Garcia menjalar ke seluruh penjuru kota, mengubah penduduk biasa menjadi pion dalam pertarungan ego dan kekuasaan. Hubungan antar tetangga memburuk, rasa curiga tumbuh, dan batas antara kebenaran dan delusi semakin kabur. Eddington adalah potret bagaimana sebuah komunitas bisa runtuh bukan karena musuh dari luar, melainkan karena ketakutan yang tumbuh dari dalam.

Dengan pemeran pendukung sekelas Emma Stone dan Austin Butler, film ini menjanjikan kekuatan akting yang solid. Tapi kekuatan utama Eddington tetap pada sentuhan Aster yang khas—atmosfer yang menyesakkan, ketegangan yang dibangun pelan-pelan, dan narasi yang menggelitik pikiran.

Belum ada informasi resmi apakah Eddington akan tayang di bioskop Indonesia. Namun satu hal pasti: ini bukan sekadar film tentang pandemi, melainkan tentang manusia, kekuasaan, dan ketakutan yang tak pernah benar-benar hilang, bahkan saat dunia kembali “normal.”***

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses