Soal Bendera One Piece: Jangan Terburu-buru Menghakimi, Ini Ekspresi Rakyat yang Perlu Didengar

Ilustrasi bendera one piece yang berkibar jelang HUT RI. (Foto: AI Generated/Inibalikpapan)

JAKARTA, Inibalikpapan.com – Menanggapi fenomena pengibaran bendera One Piece atau Jolly Roger menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan RI, Anggota DPR RI Mardani Ali Sera mengajak semua pihak untuk tidak cepat menyimpulkan secara negatif.

Menurutnya, ekspresi semacam ini mencerminkan kegelisahan sosial yang justru perlu dipahami secara empatik.

“Ojo kesusu. Jangan terburu-buru menyimpulkan. Jangan cepat menilai itu buruk,” kata Mardani dalam pernyataannya, dikutip dari laman DPR.

Bendera bergambar tengkorak khas serial anime Jepang One Piece ini muncul di sejumlah wilayah dan ramai dibahas di media sosial.

Banyak yang menilai pengibaran simbol bajak laut tersebut sebagai sindiran terhadap kinerja pemerintah, terutama dari generasi muda yang merasa kecewa atau apatis terhadap kondisi sosial-politik saat ini.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Budi Gunawan sebelumnya menyebut pengibaran bendera fiksi seperti Jolly Roger sebagai bentuk provokasi yang merendahkan simbol perjuangan nasional, yakni Merah Putih.

Ia meminta masyarakat untuk tetap menghormati nilai-nilai kebangsaan dan pengorbanan para pahlawan.

Namun, Mardani justru melihat gejala ini dari sisi lain. Menurutnya, generasi muda saat ini semakin kritis dan kreatif. Mereka menggunakan simbol-simbol budaya populer untuk menyampaikan pesan sosial dan politik yang mungkin tidak tersalurkan lewat saluran formal.

“Harus ada hati terbuka bahwa rakyat itu cerdas dan punya hati. Bisa jadi ada pesan yang ingin disampaikan. Jangan merasa pintar, tapi harus pintar merasa,” ungkap Mardani.

Ia pun menekankan pentingnya negara bersikap bijak dalam menyikapi ekspresi publik, selama tidak mengandung unsur kekerasan atau anarkisme.

“Nggak usah dibesar-besarkan. Nikmati saja. Kadang mereka cuma ingin didengarkan. Kalau diberi perhatian, mereka akan kembali. Ini bisa jadi ruang dialog antara negara dan warganya,” jelasnya.

Mardani menambahkan, fenomena bendera One Piece bukan bentuk pelanggaran hukum, melainkan ekspresi simbolik yang sah dalam negara demokrasi.

“Kadang anak berulah karena kurang perhatian. Kasih perhatian saja nanti kembali dekat,” tuturnya, menutup dengan pesan bahwa negara seharusnya tidak alergi terhadap kritik, apalagi dari rakyatnya sendiri.

Kreativitas dan Kritik Sosial Generasi Muda, Cermin Demokrasi yang Hidup

Fenomena seperti pengibaran bendera Jolly Roger, dalam pandangan sejumlah tokoh, bukan sekadar gaya, tapi bagian dari bahasa ekspresi rakyat yang mulai kehilangan ruang representasi politik.

Generasi muda Indonesia tumbuh dalam budaya digital yang penuh simbol dan metafora. Ketika suara mereka tak lagi didengar dalam forum formal, mereka menyampaikannya lewat budaya populer.

Dengan tidak adanya unsur kekerasan dan anarkisme, ekspresi ini mestinya menjadi alarm sosial, bukan dianggap ancaman. Negara yang sehat adalah negara yang mampu merespons kritik warganya dengan bijak, bukan represif.

“Yang penting kita jaga bersama, tidak boleh ada aksi anarkis,” tutup Mardani. / DPR

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses