Tradisi Sake Jepang Masuk Daftar Warisan Budaya UNESCO
ASUNCION, inibalikpapan.com – UNESCO mengakui proses pembuatan sake kuno Jepang sebagai warisan budaya takbenda pada Rabu (4/12/2024).
Tentunya hal ini menjadi hal yang produsen harapkan sehingga dapat meningkatkan minat global terhadap anggur beras tradisional yang sudah ada sejak berabad-abad lalu.
Sayangnya, popularitas sake sendiri menurun di negara asal.
Dikutip dari situs resmi UNESCO, tentu saja, perwakilan Jepang pada pertemuan UNESCO di Paraguay menandai kesempatan tersebut dengan mencicipi sake.
Proses pembuatan minman ini butuh waktu beberapa minggu melalui proses fermentasi campuran beras, air, ragi, dan jamur berwarna atau koji.
Proses ini lebih mirip dengan pembuatan bir meski banyak orang mengira prosesnya seperti membuat anggur.
Hasil akhirnya, sake dapat tersaji panas, dingin, atau pada suhu ruangan.
Meskipun sake memainkan peran penting dalam masyarakat dan tradisi Jepang permintaan untuk minuman ini telah menurun di dalam negeri meskipun permintaan internasional meningkat.
Sake sering tersaji selama upacara dan jamuan khusus,
Para produsen sake berharap pengakuan UNESCO akan mempercepat ekspor mereka dan menyegarkan kembali antusiasme terhadap minuman ini di negara asal.
“Kami sangat senang,” kata perwakilan tetap Jepang untuk UNESCO, Takehiro Kano. “Dengan pengakuan secara internasional oleh mekanisme ini akan memperbarui minat orang Jepang di bidang ini. Karena itu dapat mengarah pada lebih banyak momentum untuk mewariskan keterampilan dan pengetahuan ini kepada generasi berikutnya.”
UNESCO, badan pendidikan, sains, dan budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa, akui praktik, karya seni, atau keterampilan ke dalam daftar warisan budaya takbenda untuk mendorong pelestariannya bagi generasi mendatang.
Selain sake, delegasi UNESCO juga akui budaya sari buah apel Asturia di Spanyol serta pembuatan tong raksasa di Guatemala, sebagai barang dan praktik lain yang diakui dalam daftar warisan budaya.
BACA JUGA

