Trauma, Keluarga Balita Hanyut di Balikpapan Utara Dapat Pendampingan Psikologis

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com — Tragedi hanyutnya seorang anak di Balikpapan Utara masih menyisakan duka mendalam, terutama bagi sang kakak yang turut menyaksikan langsung kejadian memilukan tersebut.

Pemerintah Kota melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AKB) bergerak. Mereka menerjunkan tim psikolog untuk memberikan pendampingan intensif.

Tim DP3AKB yang hadir ke rumah duka kawasan Perumahan sosial yakni Kepala Bidang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan Rinda dan Kepala Bidang Perlindungan Anak Umar Adi bersama Psikolog Puspaga dan Staf. Mereka melaksanakan penjangkauan dan pemberian bantuan Fist Aid pada Keluarga Korban.

Kepala DP3AKB Balikpapan, Heria Prisni, mengungkapkan bahwa timnya bersama psikolog dan Tim OTTD langsung mendatangi kediaman keluarga korban pada malam hari usai kejadian. Fokus utama pendampingan diberikan kepada sang kakak yang diketahui mengalami trauma berat.

“Anak ini terlihat sangat terpukul, bahkan sempat membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Itu menjadi tanda bahwa kondisinya tidak stabil dan memerlukan penanganan segera,” ujar Heria kepada awak media didampingi Kabid Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan, Rinda, (28/5).

Insiden tragis tersebut terjadi saat kakak berusia 10 tahun itu tengah bermain dan mandi bersama adiknya di sungai. Nahas, derasnya arus menyeret sang adik hingga hanyut. Kakaknya sempat berusaha menolong, namun tak berhasil. Jenazah sang adik ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Sebagai langkah awal penanganan, tim psikolog memberikan Psychological First Aid atau pertolongan pertama psikologis. Pendekatan mereka lakukqn melalui aktivitas bermain seperti membaca buku cerita, membuat origami, dan menyediakan camilan ringan untuk menciptakan suasana nyaman bagi anak.

“Pendekatan ini bertujuan membangun kembali rasa aman dan menenangkan emosi anak,” terang Heria.

Pendampingan tidak berhenti di situ. DP3AKB akan terus melakukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi psikologis anak dan keluarganya.

“Senin depan kami akan kembali untuk evaluasi lanjutan. Bila anak belum menunjukkan perkembangan positif, maka pendampingan akan terus dilanjutkan,” jelasnya.

Heria juga menuturkan bahwa ibu korban mulai bisa menerima kenyataan, meski dengan rasa penyesalan dan menyalahkan anak sulungnya.

“Sekarang ibunya sudah mulai memahami bahwa kejadian ini di luar kendali si kakak. Kami juga menyarankan agar keluarga tidak terus membahas insiden tersebut di depan anak, agar tidak memperparah traumanya,” katanya.

Terkait bantuan, Heria menjelaskan bahwa tidak ada pemberian uang tunai dari pemerintah. Namun, sejumlah relawan memberikan dukungan secara pribadi. Sementara itu, pendampingan psikologis dan pemantauan menjadi bagian dari bantuan resmi dari pemerintah kota.

Heria pun mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam pengawasan anak. Terutama di lingkungan berisiko seperti sungai atau laut.

“Anak-anak adalah manusia kecil yang punya keterbatasan. Mereka perlu dipahami dan dilindungi, bukan disalahkan. Fokus utama saat ini adalah pemulihan dan penerimaan keluarga terhadap musibah ini,” pungkasnya.***

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses