BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Berbagai usaha akan dilakukan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan keluarga ditengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. Hal inilah yang dilakukan Trimo (37) yang bekerja menjadi pejahit keliling, dengan bermodalkan mesin jahit tua dan gerobak. Trimo menjajakan jasanya untuk menjahitkan pakaian warga atau sekedar memperbaiki resleting celana.

Bermula saat melihat temannya pada 2010 lalu datang ke Balikpapan untuk melakukan pekerjaan jahit keliling dan cukup memiliki penghasilan lumayan, membuat Trimo memutuskan untuk ikut mengadu nasib dengan bekerja di Balikpapan beberapa tahun yang lalu.

Bermodal biaya Rp 1,2 juta yang terdiri dari mesin jahit dan gerobak serta beberapa perlengkapan seperti bahan benang jahit, jarum, resleting Trimo pun memberanikan diri berusaha di Balikpapan.

“Awalnya teman, dia dulunya menjahit keliling pakai gerobak tapi sekarang sudah pakai sepeda motor,” ujar Trimo kepada awak media, Senin (8/3/2021).

Trimo datang ke Balikpapan tidak sendiri, dia bersama delapan orang lainnya yang sama-sama berasal dari deerah Pulokulon, Purwodadi Jawa Tengah. Saat ini mereka menyewa rumah di daerah Karang Rejo ada juga yang menyewa rumah di Sumber Rejo.

“Kami pisah-pisah mas, tapi usahanya sama jahit keliling,” akunya.

Meski mengandalkan dengan cara mendorong grobak, Trimo mengaku bersyukur masih bisa berusaha dan mengumpulkan uang untuk dikirim ke kampung atau biaya untuk pulang.

“Kalau ada rezeki lebih bisa buat modal untuk pulang kampung,” seloroh pria yang memiliki satu orang anak ini.

Trimo mengaku masih memilih menggunakan gerobak dari pada sepeda motor dengan berbagai pertimbangan, menurutnya kalau pakai motor itu susahnya kalau masuk gang kecil, terus saat dipanggil konsumen sudah laju jadi tidak dengar.

“Kalau inikan kita dorong aja, kalau ada yang panggil masih kedengaran dan bisa langsung didatangin,” ujarnya.

Ditengah pandemi seperti saat ini, Trimo mengaku awal mula pandemi memilih untuk pulang kampung dan tidak bekerja dulu jahit keliling, tiga bulan di kampung Trimo hanya membantu menggarap sawah milik mertuanya.

“Awal covid sempat sepi konsumen, jadi pilih pulang kampung aja, setelah agak mulai longgar, habis lebaran haji saya kembali lagi ke Balikpapan,” kata Trimo.

Dalam sehari dirinya bisa memperoleh minimal 10 jahitan dengan biaya mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 25 ribu untuk sekali jahit. Khusus untuk pasang resleting memang agak tinggi sekitar Rp 25 ribu karena sudah disiapkan resletingnya.

“Sehari paling dapat Rp 300 ribu tapi ini gak tentu. Kadang sepi juga jadi pemasukan gak banyak,” ujarnya.

Pria ramah ini sudah mulai berangkat bekerja pukul 08.00 hingga 18.00 wita dengan rute yang dilalu mulai Gunung Malang, Pasar Baru, Gunung Sari, Gunung Guntur. Setiap hari rute tersebut dilaluinya, namun kalau lagi ramai tidak semua rute dilalui Trimo dia tinggal stanby disalah satu titik lokasi.

“Saya juga terima panggilan mas, tinggal hubung nomor HP saya 085747978808, kalau dekat lokasi saya langsung datangin, tapi kalau lokasinya jauh saya minta teman yang ada di lokasi yang dimaksu untuk datang ke lokasi yang pesan jahitan,” tutupnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version