BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan terus memantau dan menjadi perhatian khusys dalam hal kasus kematin ibu yang pada 2021 angkanya naik tetapi meninggalnya karena covid-19, bukan karena melahirkan.

“Tak hanya itu, sekarang muncul ancaman stunting yang mana salah satu kondisinya dimana tinggi badan anak rendah dibanding anak-anak se usianya yang diikuti masalah gangguan pertumbuhan,” ujar Kepala DKK Balikpapan, Andi Sri Juliarty kepada media, Jumat (26/8/2022).

Kata Dio, biasa Andi Sri Juliarty disapa bahayanya stunting yakni dalam hal pertumbuhan otaknya, jangan sampai akibat stunting nanti kecerdasannya anak terbatas tidak mampu bersaing dan berkompetisi di dunia global.

“Mereka bisa punya keterbatasan dalam kecerdasan sehingga kurang bersain dengan yang lainnya,” kata Dio.

Selain itu, DKK Balikpapan juga mensosialisasikan satu inovasi program dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta mencegah kasus stunting yang mana ini merupakan indikator pembangunan nasional dan merupakan isu  nasional bidang kesehatan.

“Inovasi ini  bentuknya bergerak lebih cepat mengintervensi kesehatan keluarga sebelum menikah, sejak calon pengantin kami sudah memberikan edukasi tentang kesehatan dan Pemkot memberikan vitamin supaya kondisi pasangan suami istri bisa sehat menjelang persalinan dan jika setelah menikah terjadi kehamilan kami harapkan juga fungsi reproduksinya sudah sehat,” jelas Dio.

“Karena pengalaman kami terlambat jika kita mengintervensinya setelah menikah, sudah banyak kendala lain seperti kembali bekerja dan ngidam,” tambahnya.

“Kami juga akan buat MoU kerja sama DKK, DP3AKB, Kemenag dan TP PKK dalam penanganan kematian ibu hamil dan bayi,” akunya.

Faktor stunting juga meningkat, banyak tidak terpikirkan ketika menikah masalah kesiapan kesehatannya, yang dikhawatirkan banyak temukan bayi lahir ukuran kecil-kecil.

Ini imbas dari pemantauan tumbuh kembang ketika pandemi agak terbatas imbas posyandu tutup, ibu-ibu takut bawa bayinya ke puskesmas sehingga tidak ada pemantauan dan hanya memberi edukasi orangtuanya agar menimbang dan ukur sendiri tinggi badannya dan kabari lewat media tapi itu tidak valid, karena ada alat atromometri yang harus dipakai untuk mengukur tumbuh kembangnya.

“Disisi lain faktor ekonomi menurun membuat keluarga tidak bisa melengkapi kebutuhan gizi anak,” imbuhnya.

Di Balikpapan kasus stunting capai 13, 8 persen selama covid dan sekarang turun jadi 9 persen. Walaupun kondisi stunting di Balikpapan naik tapi masih kondisi aman.

“Karena yang tidak aman bagi Kabupaten dan Kota jika angkanya sudah di atas 30 persen keatas untuk stuntingnya,” pungkasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version