Wakil Wali Kota Balikpapan Ajak Mahasiswa Jadi Pionir Pembangunan dan Agen Perubahan

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan sekaligus pionir pembangunan. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah diskusi di kampus Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UINSI, Selasa (26/8/2025).

Menurutnya, sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa memiliki peran krusial dalam membawa perubahan besar. “Mohammad Yamin, Soekarno, dan Hatta adalah contoh nyata mahasiswa yang berani menggagas perubahan. Saat ini tantangannya berbeda, bukan lagi perjuangan fisik, melainkan adaptasi terhadap era digital dan revolusi teknologi,” ujarnya.

Mahasiswa sebagai Jembatan Idealisme dan Inovasi

Bagus menyebut ada tiga peran penting mahasiswa. Pertama, menjadi agen perubahan sosial yang mampu menjembatani idealisme dengan inovasi. Kedua, menjadi penghubung antara kampus dan masyarakat dengan menghadirkan solusi nyata di bidang pendidikan, kesehatan, dan keterampilan kerja. Ketiga, peka terhadap isu global seperti perubahan iklim, krisis ekonomi, hingga tantangan teknologi.

“Tantangan dan peluang tidak berhenti pada batas lokal maupun nasional. Mahasiswa Indonesia punya potensi besar untuk menciptakan dampak luas lewat kolaborasi dan kontribusi,” tegasnya.

Kampus sebagai Pusat Inovasi

Ia mendorong kolaborasi antara mahasiswa, dosen, kampus, pemerintah, dan sektor swasta. Kampus, kata dia, harus menjadi pusat inovasi, riset, dan pengembangan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Bagus juga mengapresiasi visi FUAD UINSI yang berfokus pada pengkajian keislaman dan pengembangan masyarakat, sejalan dengan visi Pemkot Balikpapan “Kota Global Nyaman untuk Semua dalam Bingkai Madinatul Iman.”

“Pembangunan kota bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga pembangunan manusia dan penguatan nilai keimanan. Ini selaras dengan konsep Smart Humanity yang mencakup empat pilar: Smart Governance, Smart Economy, Smart Environment, dan Smart Society,” jelasnya.

Tantangan Sarjana dan Literasi Digital

Bagus menambahkan, lulusan sarjana saat ini dihadapkan pada persaingan kerja yang ketat, ketidaksesuaian kompetensi dengan kebutuhan industri, serta disrupsi teknologi. Ia menyoroti masih rendahnya literasi digital di Indonesia.

“Mahasiswa tidak boleh hanya menjadi pengguna, tetapi juga pionir dalam membangun kesadaran dan kecakapan digital,” tegasnya.

Menurutnya, lulusan unggul harus memiliki integritas, etika, growth mindset, daya saing, serta menguasai tiga nilai inti: literasi digital, kemampuan adaptasi, dan hard skills spesialis di bidang masing-masing.

“Mewujudkan lulusan yang unggul dan berdaya saing adalah kunci menjawab tantangan pembangunan yang kompleks. Peran mahasiswa sangat krusial dalam mewujudkan Balikpapan sebagai kota inovatif, kreatif, dan nyaman untuk semua,” pungkasnya.***

Editor : Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses