Warga Gunung Samarinda Baru Apresiasi Dampak Nyata Pengurangan Banjir

Peninjauan ke lokasi pengerukan Bendali Ampal Hulu, Kota Balikpapan. (Foto:Danny/Inibalikpapan.com)

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com Pengerjaan proyek pengendalian banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Amal di Kelurahan Gunung Samarinda Baru Balikpapan Utara, kini menunjukkan hasil awal yang menggembirakan. Dengan progres fisik mencapai 14 persen, warga mulai merasakan perubahan signifikan. Terutama berkurangnya genangan saat hujan deras.

” Sebelumnya kalau air parit di samping Kimia Farma di Rt 2 kalau tinggi pasti banjir di bagian belakang. Kemarin hujan seharian di Rt 2 itu sudah gak banjir. Alhamdulillah kayaknya pengerukan bendali di Pasar Segar, ” ucap Hasniah (55) warga Rt 2 Kampung Timur, Rabu (28/5).

Senada diucapkan Helmiani (40). ” Ya biasanya hujan deras seharian sudah banjir. Ini kemarin gak ya. Mudahan segera jadi bendalinya, ” tuturnya.

Bendungan pengendali (bendali) DAS Amal merupakan salah satu program strategis Pemerintah Kota Balikpapan dalam rangka mengurangi risiko banjir di kawasan padat penduduk. Terutama di wilayah hilir seperti MT Haryono, Sungai Ampal, dan kawasan Gunung Samarinda Baru yang kerap dilanda banjir saat hujan dengan intensitas tinggi.

Plt Camat Balikpapan Utara Ruddy Siswanto menyampaikan, bahwa proyek ini sudah memberikan efek positif bagi warga. Ia mengakui, meskipun dirinya belum lama bertugas. Namun telah melihat langsung perbedaan situasi di lapangan.

“Seperti yang disampaikan Pak Wali Kota, keberadaan bendali ini memang belum rampung, tapi sudah membantu menahan air sebelum turun ke kawasan bawah. Ini bisa menjadi solusi jangka panjang pengendalian banjir,” ujar sang Ruddy kepada media saat ditemui di lokasi, Selasa (27/5/2025).

Hujan Deras Tak Lagi Jadi Ancaman

Kota Balikpapan sempat diguyur hujan deras pada pagi hari itu, dengan intensitas yang diklaim serupa dengan kejadian banjir besar pada 9 Agustus 2024 lalu. Saat itu, air sempat menggenangi permukiman warga hingga setinggi dada orang dewasa. Namun kali ini, situasinya jauh berbeda.

“Alhamdulillah, sejak proyek ini mulai dikerjakan awal tahun, genangan air mulai berkurang. Debit sungai memang tinggi, tapi air cepat mengalir dan tidak sampai masuk ke rumah warga,” ujar Lurah Gunung Samarinda Baru, Yulita Kusuma.

Wilayah RT 1 dan RT 2 yang sebelumnya menjadi langganan banjir kini menjadi contoh dampak positif dari pengerjaan bendali. Menurut lurah, perubahan ini juga dipengaruhi oleh proyek normalisasi drainase yang dilakukan secara paralel oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) di beberapa titik, termasuk di RT 33 Gunung Samarinda Baru.

“Upaya ini saling bersinergi. Warga merasakan langsung manfaatnya. Proyek ini menjadi bentuk kehadiran pemerintah dalam menyelesaikan masalah banjir secara menyeluruh,” tambahnya.

Minim Konflik Lahan, Progres Terus Berjalan

Berbeda dengan sejumlah proyek infrastruktur lain yang kerap terbentur masalah lahan, pengerjaan bendali DAS Amal dinilai cukup lancar dari sisi pembebasan lahan. Pemerintah Kota menyatakan bahwa sebagian besar lahan yang digunakan merupakan lahan kosong milik pribadi dan tidak dihuni.

“Tidak ada pemukiman yang harus digusur. Proses konsinyasi juga sudah dilakukan. Dana ganti rugi telah dititipkan ke Pengadilan Negeri Balikpapan agar bisa segera dicairkan oleh pemilik lahan,” terang sang lurah.

Hingga pertengahan tahun ini, dari total kebutuhan lahan seluas 10 hektare, sebanyak 9,4 hektare telah berhasil dibebaskan. Sisanya masih dalam proses administrasi dan penyelesaian dokumen ahli waris.

Bendali DAS Amal dirancang menjadi kolam retensi multifungsi di atas lahan rawa dengan kedalaman rata-rata 3 meter. Jika rampung, proyek ini diproyeksikan mampu menampung hingga 120 ribu meter kubik air hujan. Saat ini, pengerjaan baru mencakup 4 hektare, dengan volume galian tanah mencapai 14 ribu meter kubik dari target akhir sebesar 60 ribu meter kubik.

Kolam ini akan berfungsi menampung air limpasan hujan sebelum dialirkan secara bertahap ke wilayah hilir, sehingga mengurangi beban air di saluran utama dan meminimalisir potensi banjir mendadak.

“Dengan tampungan sebesar itu, banjir bisa ditahan dulu sebelum air dibuang ke Sungai Ampal dan sekitarnya. Ini strategi yang efisien ketimbang hanya memperlebar drainase atau membangun rumah pompa yang mahal,” kata Kepala Bidang SDA dan Drainase DPU Balikpapan, Jen Supriyanto.

Menanti Pembangunan Fisik Tahun 2026

Pengerjaan fisik tahap lanjutan akan dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV. Detail Engineering Design (DED) telah selesai sejak 2023 dan anggaran pembangunan sebesar Rp100 miliar lebih sedang dalam proses pengajuan ke pemerintah pusat melalui APBN.

“Kita berharap pembangunan fisik bisa dimulai awal 2026. Syaratnya tentu pembebasan lahan harus selesai. Pemkot siap menyelesaikan tugasnya agar BWS bisa langsung kerja di lapangan,” ujar Jen.

BWS juga telah mengusulkan penambahan dua titik kolam retensi baru untuk mendukung sistem pengendalian banjir terpadu, salah satunya direncanakan dibangun di atas lahan milik Sinar Mas seluas satu hektare.

Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud sebelumnya juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Ia berharap warga turut menjaga dan mengawasi proyek ini agar berjalan lancar.

“Ini proyek untuk kepentingan bersama. Banjir adalah masalah kita semua. Pemerintah sudah berusaha maksimal. Sekarang tinggal bagaimana masyarakat juga ikut menjaga lingkungan,” ucapnya dalam kunjungan lapangan beberapa waktu lalu.

Dengan progres yang terus berjalan dan respons positif dari masyarakat, pembangunan bendali DAS Amal menjadi simbol komitmen Balikpapan. Dalam membangun kota yang lebih tangguh terhadap bencana.***

Penulis : Danny

Editor : Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses