BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PMP2KB), mencatat wilayah pinggiran menempati urutan pertama dalam kasus kekerasan perempuan dan anak.
Balikpapan Utara menjadi wilayah yang paling rentan terhadap kondisi ini. Karena itu sosialisasi dan kampanye membangun kesadaran masyarakat atas kasus kejahatan kekerasan seksual anak, perempuan dilakukan secara merata hingga kearea pinggiran kota.

Kepala DPMP2KB Balikpapan Sri Wahyuningsih mengakui kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak cenderung meningkat termasuk di daerah pinggiran. Menurutnya pihaknya mempunyai sistem untuk penangananya melalui jejaring P2TP2A dan terus melakukan pola sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Selain itu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak hingga menghilangkan traumatic pada korban.

Pada Mei 2017 lalu di kecamatan Balikpapan Utara terdapat 16 kasus, Balikpapan Tengah ada 15 kasus, Kecamatan Balikpapan Kota 13 kasus, Balikpapan Barat 12 Kasus, Balikpapan Selatan terdapat 11 kasus dan Balikpapan Timur 2 kasus. Dengan mengklasifikasi kasus yakni KDRT, kekerasan seksual, penelantaran, kekerasan masa pacaran, hak asuh anak, penculikan, kekerasan pada anak, perselingkuhan, penganiyaan, perdagangan orang, kekerasan pada perempuan dan lainnya.

“Untuk tindak kekerasan yang terjadi hingga akhir Mei 2017 ini ada 71 kasus dengan KDRT menempati urutan pertama sebanyak 24 kasus.Pada 2016 kemarin tercatat ada 127 kasus yang ditangani dengan KDRT sebanyak 31 kasus dan kekerasan seksual 32 kasus,” sebutnya belum lama ini.

Diakui dari kasus yang diungkap, peningkatan kasus ini rata-rata pelakunya adalah orang terdekat, bisa bapak kandung atau bapak tiri, paman dan orang terdekat lainnya. Sehingga pengawasanpun kadang menjadi sulit.
”Bagaiamana kita mengawasi orang-orang terdekat ini. Peran kita bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat, meningkatan kepedulian masyarakat bahwa anak-anak, perempuan harus dilindungi,” tandasnya.

“Kami juga geber sosialisasi ke kawasan pinggiran. Bahkan beberapa waktu lalu kan kita kumpulkan 500 ketua RT untuk sosialisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepedulian terhadap perempuan dan anak. Termasuk sosialisasi ke sekolah pinggiran. Melalui tokoh masyarakat, kalau masyarakat peduli kita harapkan warganya juga memiliki kepedulian,”sambungnya.

Lanjutnya sosialisasi ke enam kecamatan sudah pernah dilakukan DPMP2KB termasuk ke sekolah-sekolah terutama sekolah pinggiran sejak 2016 dan 2017 ini. “Disana angka pernikahan dini tinggi di wilayahn Balikpapan Timur utara dan Balikpapan Barat,” ungkapnya.

Dia menolak jika angka kekerasan ini cendrung meningkat karena pemerintah tinggal diam. Menurutnya pencegahan dan penanganan yang dilakukan dilakukan secara kontinyu bahkan melalui jejaring P2TP2A telah memiliki metode atau system penanganan dari mulai terjadi kasus hingga penuntasan masalah termasuk trauma korban.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version