SOLO, Inibalikpapan.com —Di  Bukalapak, selembar uang kertas pecahan Rp50.000 laku terjual Rp800.000.  Hal ini dikarenakan  uang itu memiliki nomor seri unik. Hal unik lainnya juga ditemukan di platform  pasar online itu seperti kain kapan, bibit cabai, hingga tanaman hias.

“Bahkan batik kayu jati yang dibuat lampu juga laku keras. Tapi sayangnya tidak aktif produksi. Jadi pesanannya pending, ketika dicek di media sosial juga tidak ada aktivitas. Jadi mindset kami sebagai pelapak online dituntut untuk menjual yang unik-unik,” ujar Joko, pelapak asal Solo, saat menjadi pembicara dalam Workshop Memulai Bisnis UMKM dengan Digital Media dalam rangkaian Festival Media AJI 2017 di Grha Soloraya, Kamis (23/11/2017).

Joko menjelaskan keputusannya menjadi pelapak di Bukalapak lantaran semua produk bisa djual secara online bahkan jasa sekalipun. Ia memulai melapak dengan menjual aksesoris kamera dengan tempat stok di Laweyan. “Online setiap hari dapat duit.Semua produk bisa dijual seperti balung kethek, sambel pecel, keripik, dan lainnya,” beber dia.

Tri Bagus Subekti, Head of Sales Bukalapak.com, mengatakan ada beragam cara berjualan seperti toko offline, melalui website sendiri, melalui media sosial, hingga market place. Namun menurutnya berjualan di media sosial memang gratis tapi tidak praktis. Banyak kendala ditemui seperti menjawab pertanyan pelanggan satu per satu. Pelapak juga harus mengirim foto hingga memeriksa atm untuk melihat transfer. “Akan ribet jika banyak transaksi. Yang cocok untuk usaha saat ini adalah market place,” ujar dia.

Market place, lanjut Bagus, tidak memerlukan desain ulang tampilan tapi cukup mengedit saja. Pertanyaan pelanggan juga dijawab oleh customer service. Pelapak juga tida perlu khawatir karena uang ada di sana. Pembeli hanya tinggal menambah biaya ongkos kirim. Begitu produk terjual, uang bisa dicarikan. “Kalau pakai media sosial ada batas. Sedangkan, kalau market place bisa melampaui batas,” imbuhnya.

Profit transaksi Bukalapak murni transaksi pelapak. Bukalapak tida mengambil margin keuntungan. Potensi Bukalapak adalah kelompok usia 18-35 tahun yang suka berbelanja. Saat ini ada sekita 40 juta jenis produk dijual dan 40.000 aktif produk di Bukalapak. “Kami memprediksikan pada 2020 nilai transaksi naik 35 persen. Saat ini kami terus mengejar transaksi online sekitar 2 persen. Transaksi online masih sedikit karena masyarakat lebih suka berbelanja di media sosial,” urai Bagus. (tim fesmed Solo)

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version