Yono Suherman Dorong Penguatan Layanan BCT, Perluasan Koridor

Wakil Ketua DPRD Balikpapan Yono Suherman

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Wakil Ketua DPRD Kota Balikpapan, Yono Suherman, menegaskan pentingnya penguatan layanan Bus Balikpapan City Trans (BCT) sebagai tulang punggung transportasi publik di kota ini, terlebih di tengah peran Balikpapan sebagai kota penyangga utama Ibu Kota Nusantara (IKN).

Menurutnya, moda transportasi massal seperti BCT harus menjadi pilihan utama masyarakat, terutama dalam mobilitas antarkawasan dan menuju IKN, bukan kendaraan pribadi yang justru berpotensi menambah beban lalu lintas dan pencemaran.

“Jangan sampai masyarakat yang hendak ke IKN masih mengandalkan kendaraan pribadi. Transportasi umum harus menjadi solusi utama,” ujar Yono kepada awak media, Rabu (25/6/2025).

Baru Dua Koridor Aktif, Perlu Perluasan Jangkauan

Saat ini, layanan BCT baru mengoperasikan dua koridor aktif, yang belum menjangkau seluruh wilayah kota. Yono menilai, kondisi ini belum ideal, terlebih bagi warga di kawasan Balikpapan Timur dan sebagian Balikpapan Utara yang belum terlayani secara memadai.

“Kita harus dorong perluasan jaringan koridor. Jangan hanya fokus di tengah kota. Wilayah pinggiran yang pertumbuhannya pesat juga harus terjangkau transportasi publik,” tegasnya.

Namun, Yono mengakui tantangan terbesar adalah soal pendanaan. Pasalnya, layanan BCT masih digratiskan hingga masa kontrak operator berakhir pada 2027. Satu koridor BCT membutuhkan anggaran sekitar Rp12 miliar per tahun. Artinya, dua koridor yang saat ini berjalan menghabiskan dana sekitar Rp24 miliar per tahun dari APBD.

“Kalau kita ingin menambah koridor, otomatis harus siap dengan tambahan anggaran. Ini yang perlu menjadi perhatian bersama antara eksekutif dan legislatif,” ujarnya.

Titik Pemberhentian Strategis dan Aksesibilitas

Yono juga menyoroti pentingnya penambahan titik-titik pemberhentian bus di lokasi strategis, seperti Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, pelabuhan, pusat perbelanjaan, kawasan perkantoran, hingga permukiman padat penduduk.

“Kita ingin semua lapisan masyarakat, dari kalangan bawah sampai menengah atas, merasa nyaman dan bangga menggunakan BCT. Tidak boleh ada stigma bahwa naik bus hanya untuk yang tidak punya kendaraan,” ucapnya.

Efisiensi Operasional dan Budaya Transportasi Massal

Lebih jauh, Yono menekankan pentingnya efisiensi operasional BCT. Salah satu permasalahan yang masih ditemukan adalah minimnya jumlah penumpang pada jam-jam tertentu, yang membuat armada bus beroperasi nyaris kosong. Hal ini, menurutnya, harus dievaluasi, termasuk soal frekuensi dan jadwal keberangkatan.

“Saat ini waktu tunggu antarbus bisa sampai 30 menit. Ini terlalu lama. Kita perlu tambah armada dan buat pengaturan jadwal yang lebih padat, terutama saat jam sibuk,” sarannya.

Yono juga menekankan perlunya perubahan budaya masyarakat dalam menggunakan transportasi publik. Ia mencontohkan negara-negara maju seperti Jepang, di mana semua kalangan, termasuk pejabat tinggi, menggunakan moda transportasi massal dalam kesehariannya.

“Kalau di Jepang, menteri pun naik kereta. Kita di Balikpapan juga harus mulai membiasakan budaya naik BCT, bukan hanya untuk masyarakat kecil, tapi juga pejabat, ASN, dan kalangan profesional,” pungkasnya.

DPRD, menurut Yono, akan terus mendorong agar transportasi publik menjadi urat nadi mobilitas kota, sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta mendukung posisi strategis Balikpapan dalam menyongsong kehadiran IKN.***

Editor : Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses