Zahra Amalia: Perjuangan Lintas Generasi yang Terjawab Lewat Program Gratispol Kaltim

Zahra Amalia

SAMARINDA, Inibalikpapan.com — Senyum Zahra Amalia tampak tenang. Namun di balik ketenangan mahasiswi baru Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) UINSI Samarinda itu, tersimpan perjalanan panjang sebelum akhirnya ia bisa duduk di bangku kuliah.

Bagi Zahra, Program Gratispol — beasiswa pendidikan gratis yang digagas di era pemerintahan Rudy-Seno — bukan sekadar bantuan. Bagi keluarganya, itu adalah penyelamat harapan yang sempat terkubur bertahun-tahun.

Mimpi yang Turun-Temurun Tertunda

Zahra tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya telah lama meninggal, ibunya seorang ibu rumah tangga, dan beban ekonomi keluarga kini bertumpu pada sang kakak yang bekerja di sebuah klinik kecantikan.

Dua kakaknya sempat merasakan bangku kuliah di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, namun keduanya harus berhenti karena biaya yang tak mampu mereka tanggung.

“Dari kecil mama pengen kuliah, tapi enggak dikuliahkan sama nenek. Jadi mama dan kakak-kakak berusaha supaya saya harus bisa kuliah dari keluarga ini,” tutur Zahra.

Kalimat itu meluncur pelan. Ada luka lama di baliknya.

Pertanyaan Besar: Kuliah Pakai Apa?

Saat dinyatakan lulus seleksi UINSI, kegembiraan bercampur kecemasan.
Biaya kuliah bukan angka kecil bagi keluarga mereka.

“Yaudah, duitnya dari mana? Wallahualam,” katanya sambil mengingat masa penuh kebingungan itu.

Harapan muncul ketika Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mengumumkan pembukaan Beasiswa Gratispol Kaltim. Informasi program itu “booming” di masa kampanye, namun Zahra masih ragu.

“Pas itu viral banget. Saya mikir, beneran enggak ya? Jangan-jangan ribet,” katanya tertawa kecil.

Pendaftaran Mudah, Tapi Deg-degan Menunggu

Dengan memberanikan diri, ia menyiapkan seluruh berkas mulai dari KTP, KK domisili Kaltim, ijazah, hingga rapor.

“Ternyata mudah banget. Asal berkas lengkap, tinggal masukin lewat link. Enggak dipersulit,” ujarnya.

Namun perjalanannya tak mulus. Namanya sempat belum muncul di daftar penerima.
UKT jurusannya mencapai Rp3,5 juta — angka yang jelas berat bagi keluarga.

“Deg-degan banget. Takut enggak keterima,” kenangnya.

Setelah memperbaiki data beberapa kali, namanya akhirnya masuk sebagai penerima Gratispol.

“Waktu nama masuk, ya Allah… rasanya lega sekali,” ucapnya.

Sejak itu, Zahra tak lagi dibebani UKT. Kakaknya hanya perlu membiayai kebutuhan hariannya.

“Alhamdulillah enggak bayar UKT sama sekali. Benar-benar meringankan.”

Rezekinya di Komunikasi

Zahra kini menempuh studi di Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Ini pilihan dari hatinya, bukan sekadar ikut tren.

“Komunikasi saya kurang bagus. Saya ingin memperbaiki, ingin bisa public speaking. Mungkin nanti bisa jadi MC,” katanya.

Padahal ia sebelumnya diterima di Manajemen Bisnis Syariah.
“Tapi rasanya enggak cocok. Rezekinya di komunikasi.”

Di balik kesibukan kuliah, Zahra punya hobi ringan: mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris, membaca novel, dan menonton film. Ia juga tengah belajar bahasa Inggris dan Arab — kebetulan dua bahasa itu menjadi mata kuliah wajib semester awal.

“Bisa sih sedikit bahasa Arab, tapi masih belajar,” ujarnya malu-malu.

Jaga IPK? “Berarti Harus Lebih Rajin”

Ketika mengetahui bahwa penerima Gratispol harus menjaga IPK agar tetap stabil, Zahra mengangguk mantap.

“Wah baru tau saya. Ya berarti harus giat belajar. Enggak boleh malas,” katanya.

Harapan untuk Pemerintah

Menutup obrolan, Zahra menyampaikan harapan sederhana namun dalam:
“Semoga akses pendidikan di Kaltim makin mudah. Banyak keluarga ekonominya anjlok. Dibantu lah.”

Bagi sebagian orang, kuliah hanyalah rutinitas pendidikan. Namun bagi Zahra dan keluarganya, kuliah adalah perjuangan lintas generasi — dari ibunya yang tak diberi kesempatan, dari kakak-kakaknya yang terhenti di tengah jalan, dan kini Zahra yang akhirnya menembus batas itu.

Melalui Program Gratispol Kaltim, ia memulai langkah baru. Dan bagi keluarganya, ini bukan sekadar awal kuliah — tetapi awal perubahan. (ADV Diskominfo Kaltim)

Komentar (1)

    li class="comment even thread-even depth-1" id="comment- 46323">
    Didi Purnomo
    2 hari lalu

    Pendidikan Modal utama menuju Kaltim Emas.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses