Apa Itu ‘Sound Horeg’ yang Sampai Bikin MUI Turun Tangan? Ternyata Begini Asal-Usulnya
BALIKPAPAN, inibalikpapan.com– Dunia hiburan di Jawa Timur diguncang oleh fenomena audio ekstrem yang dikenal dengan nama sound horeg. Dentuman bass berfrekuensi rendah dari sistem audio rakitan lokal ini bukan hanya menggoyang penonton di acara hajatan dan dangdutan, tetapi juga membuat bangunan sekitar bergetar. Di balik gemuruh itu, muncul satu nama yang kian disanjung netizen: Edi Sound, teknisi asal Jember yang dijuluki Thomas Alva Edisound Horeg.
Melansir Suara, jaringan inibalikpapan.com, istilah “horeg” berasal dari bahasa Jawa, berarti bergerak tak beraturan atau bergoyang hebat. Dalam konteks musik, “sound horeg” menggambarkan sistem audio dengan konfigurasi subwoofer super masif yang mampu menciptakan getaran fisik luar biasa. Di berbagai hajatan, karnaval, hingga parade sound system di Malang, Blitar, dan Jember, tren ini menjadi ajang adu keras dan adu kualitas antar-rental sound system.
Salah satu pelopor tren ini adalah Edi Purnomo, pendiri Brewog Audio. Rental miliknya terkenal sebagai salah satu yang pertama mengusung konfigurasi sub-bass ekstrem yang membuat musik tidak hanya terdengar, tapi juga terasa di sekujur tubuh.
“KJS (Komunitas Jember Sound System) memang tempatnya para suhu-suhu sound horese… salah satunya ya ini… Brewog Audio,” tulis seorang pengguna YouTube, menegaskan reputasi Edi di komunitas.
Video-video Brewog Audio tersebar luas di TikTok dan YouTube. Dalam banyak unggahan, penonton tampak bergoyang tak terkendali, sementara rambut, tenda, hingga kaca jendela di sekitar lokasi turut bergetar. Beberapa video bahkan menunjukkan kerusakan struktural ringan akibat getaran, seperti retaknya kaca rumah warga.
Meski menimbulkan kontroversi, sound horeg juga memberi pengalaman unik dalam menikmati musik. Bagi sebagian orang, dentuman ekstrem itu bukan sekadar bunyi—melainkan sensasi audio-fisik yang menghibur dan menghipnotis.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana kreativitas lokal dalam bidang audio bisa berkembang menjadi subkultur tersendiri. Dari kampung-kampung di Jawa Timur, sound horeg kini menjadi identitas sonik baru—keras, mentah, dan mengguncang.***
BACA JUGA
