BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com –  Apindo Kaltim kurang sependapat dengan hasil suvei brand Politika yang dibeberkan Kamis (18/8/2022) di Balikpapan bahwa mencari kerja di Balikpapan atau Kaltim masih sangat sulit. Padahal banyak proyek infrastruktur yang sedang dibangun seperti IKN, RDMP dan lainya.

Balikpapan sebagai Kota penyangga IKN, akan menjadi salah satu kota yang  harus berurusan dengan pekerja dari luar daerah.  Daya saing, kompetensi, etos kerja hingga dunia pendidikan yang link and macht dengan pasar kerja menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama. Belum lagi covid dua tahun telah menggerus seluruh aspek/ pola kehidupan normal dan penerapan pola –pola baru yang ujungnya semua pihak terdampak.

Apindo Kaltim beberapa tahun terakhir sudah mengantisipasi keingin pasar kerja terhadap proyek infrastruktur yang sedang dibangun. Seperti RDMP ini.

Ketua Apindo Kaltim Slamet Broto Siswoyo menyebutkan sejumlah kampus sudah menyiapkan kearah permintaa pasar kerja seperti bidang K3. Sejumlah kampus bahkan menjadi bidang K3 sebagai andalan.

Selain itu, Apindo Kaltim sudah menginisiasi berdirinya lembaga sertifikasi profesi (LSP) K3 Migas guna memenuhi pasar tenaga kerja yang kompeten bidang keamanan dan kesehatan kerja ini.

“Sampai sekarang ini kenyataan mendirikan LSP tidak mudah. Sudah dipenuhi segala sesuatu, kita ikuti aturan dan perataran sampai sekarang belum mendapatkan itu. Ini masalah kesulitan menyaiapkan sdm yang kompeten di Kaltim,” kata Slamet belum lama ini.

Apalagi untuk pembangunan IKN ini membutuhkan 200 ribu tenaga kerja kompeten terutama dibidang kontruksi. Menurut Slamet berdasarkan PP 20 tahun 2022 bahwa pekerja di proyek APBN wajib bersertikat.

“Ada sanksi jika tidak terpenuhi. Sebetulanya dengan surat edaran itu apindo mendukung dan mengantisipasi adanya sanksi buat pengusaha nanti apabila ada yang tidak bersertifikat. Kami sudah mencari jalan, solusi tapi ternyata pemerintah mempersulit sendiri atas PP yang dikeluarkan itu,” tandasnya.

Meskidemikian Apindo memiliki slogan dan komitmen yang kuat bahwa putera daerah harus menjadi pemain bukan menjadi penonton di rumah sendiri.

“Itu penting tapi yang jelas kalau Apindo sendiri pasti tidak mampu. Contoh menyiapkan 200 ribu tenaga kerja yang bersertifikat. Ini sesuatu yang tidak mudah. Kalau PP 20 tahun 2022 itu konsekuen. ini tidak mudah dan pemerintah buat aturan dilanggar atau tidak nantinya oleh pemerintah sendiri. Sekarang pertanyaan pekerja di IKN ini semua sudah bersertifikat apa tidak,” tanyanya.

Walau belum memiliki LSP Kaltim, Apindo telah bersinergi dengan LSP terakreditasi untuk membantu pengusaha dan pekerja mendapatkan sertifikat kompetensi dari tingkat keterampilan sampai keahlian.

“Kami utamakan keterampilan dulu seperti tukang batu, tukang besi, tukang kayu, mandor, pengawas. Kalau pengawas itu kita butuh LSMP dan asesor yang sudah mumpuni,” ujarnya.

Terhadap kewajiban sertifikasi ini, Pengamat Kebijakan Publik Rocky Gerung tidak sependapat dengan penerapan sertifikat bagi pekerja di proyek APBN.

Menurutnya sebuah proyek yang dikerjakan harus memberikan dampak hingga ke masyarakat bawah atau masyarakat desa. “Kalau triger down hanya dinikmati oleh tenaga kerja terdidik dan terserfikasi  dari Jawa artinya gak ada guna kita optimis pada ibu kota. Pada akhirnya tenaga kerja tidak terdidik dan kurang tidak ada sertifikasi hanya jadi penonton. Tidak ada hiruk pikuk ibukota,” tuturnya saat menjadi pembicara di Balikpapan, Kamis (18/8/2022).

Rocky juga mengupas soal kecemasan dunia pada tenaga kerja yang juga sangat terpengaruh akibat covid -19. Lanjutnya dua pekan lalu ILO (organisasi PBB bidang buruh) mengeluarkan survei yang identik dengan yang ditemukan di Kaltim, khususnya Balikpapan.

“ILO menemukan bahwa pandemi itu membebani usia muda 15-24 tahun. Itu mungkin juga di Kalimatan. Bagi ILO bebannya ada pada generasi muda, itu ngak ada harapan,” katanya.

Bahkan masih menilik dari ILO, ada 73 juta pemuda di dunia setelah covid ini mereka tidak bekerja.  Akibatnya ada frustasi bagi tenaga kerja baru yang memasuki dunia kerja. “Mereka diminta keahlian padahal selama covid mereka tidak ada keahlian. Orang banyak tidur di rumah tangan gak berotot itu dah lemes. Mulai masuk kerja lagi mental sudah breakdown,” tukasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version