Disdikbud Balikpapan Tunjuk SMPN 22 Balikpapan Jadi Pelopor Pengelolaan Air Hujan
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Upaya pelestarian lingkungan kini mulai menyentuh dunia pendidikan, tidak hanya dalam bentuk teori di ruang kelas. Tetapi juga melalui aksi nyata yang memberikan dampak langsung.
SMP Negeri 22 Balikpapan menjadi contoh inspiratif dalam penerapan prinsip keberlanjutan. Melalui program panen hujan yang berhasil mengubah cara pengelolaan air di lingkungan sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan, Irfan Taufik, menyampaikan bahwa sekolah tersebut telah membangun sistem penampungan air hujan secara mandiri berupa sebuah bunker besar. Bunker tersebut memanfaatkan struktur atap sekolah sebagai media utama pengaliran air hujan ke dalam penampungan.
“Air yang tertampung tidak hanya disimpan, tetapi juga melalui proses penyaringan terlebih dahulu agar bersih dan aman digunakan. Untuk berbagai kebutuhan dasar seperti mandi, mencuci, hingga sanitasi (MCK),” terang Irvan Taufik kepada media, Kamis (15/5).
Bunker tersebut memiliki ukuran cukup besar, yakni 8 meter panjang, 5 meter lebar, dan tinggi 3,5 meter. Kapasitasnya mampu menampung ribuan liter air. Dengan dukungan teknologi penyaringan yang memadai, air hujan yang tertampung dapat dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh warga sekolah.
Biaya Air Bersih Turun
Dampak positif dari inovasi ini sangat terasa, khususnya dalam hal penghematan anggaran sekolah. Sebelum sistem ini diterapkan, SMPN 22 menghabiskan dana hingga Rp1,9 juta per bulan untuk pembayaran air bersih dari PDAM. Namun setelah menggunakan sistem panen hujan, biaya tersebut turun drastis menjadi sekitar Rp150 ribu per bulan.
“Efisiensinya luar biasa. Selain menghemat anggaran sekolah, ini juga menjadi pembelajaran langsung bagi siswa mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara bijak,” tambah Irfan.
Lebih lanjut, Irfan menjelaskan bahwa potensi dari sistem ini tidak berhenti di lingkungan sekolah saja. Jika cadangan air dalam bunker melimpah, sekolah siap menjalin kerja sama dengan PDAM dan pemerintah kota untuk menyalurkan air tersebut kepada warga sekitar yang membutuhkan.
“Kami membuka kemungkinan untuk memperluas manfaatnya ke masyarakat sekitar sekolah. Ini bisa menjadi bentuk kontribusi sekolah dalam memenuhi kebutuhan air warga, terutama di musim kemarau,” ungkapnya.
Dapat Dukungan Semua Pihak
Program ini mendapatkan sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk para orang tua siswa dan komunitas lingkungan. Mereka menilai inisiatif ini sebagai langkah nyata yang menunjukkan bahwa sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial dan lingkungan.
Keberhasilan SMPN 22 pun menjadi perhatian Pemerintah Kota Balikpapan. Disdikbud berencana untuk mereplikasi sistem panen hujan ini ke sekolah-sekolah lain di kota tersebut. Penerapan sistem serupa diharapkan dapat memperkuat kesadaran siswa akan pentingnya menjaga lingkungan sejak dini serta memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi lembaga pendidikan.
“Kami sedang menyusun peta jalan untuk mengintegrasikan program serupa ke dalam rencana pembangunan sekolah lainnya. Ini bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga membentuk pola pikir generasi muda yang peduli terhadap kelestarian lingkungan,” tegas Irfan.
Dengan adanya program panen hujan di SMPN 22 Balikpapan, dunia pendidikan kembali membuktikan bahwa sekolah bisa menjadi pusat inovasi yang berdampak langsung bagi lingkungan dan masyarakat. Inisiatif ini sekaligus memperlihatkan bahwa langkah kecil di tingkat lokal bisa memberikan kontribusi besar dalam upaya global melestarikan bumi.***
Editor : Ramadani
BACA JUGA
