BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Juni 1976- 2016, Lapangan Senipah Peciko-South Mahakam (SPS) Total Indonesia –Inpex yang berada di Kelurahan Senipah, Kabupaten Kukar, Kalimantan Timur genap berusia 4o tahun.
Usia 40 tahun merupakan usia yang cukup tua untuk sebuah instalasi pengolahan migas dimanapun namun saat ini instalasi pengolahan gas dan kondensat yang dikelola TEPI kondisi dan performance masih nilai baik dan layak operasional.

Bahkan SKK migas menilai meski berumur 40 tahun namun kinerja instalasi SPS masih maksimal bahkan pada tahun 2016 ini, kinerja produksinya melebih target yang ditetapkan.

Kepala urusan Humas dan Kelembagaan SKK Migas Kalsul Bambang Arianto Kurniawan mengatakan Total Indonesie telah berhasil mendukung kegiatan hulu migas yang selama 40 tahun 1968 telah memulai usaha hulu migas di Blok Mahakam.

“Secara umum, produksi tercapai sesuai target. Data yang kita terima sesuai target PPMB khususnya 2016 ini terakhir sampai mencapai 116 persen. Kami apresiasi kepada TEPI atas pencapaian target yang jauh dari yang ditetapkan dan dikomitmenkan kepada TEPI,” ungkapnya dalam Peringatan 40 Tahun Beroperasinya Lapangan Senipah, Blok Mahakam yang digelar TEPI dan dihadiri Vice Presiden Of Field Operations Total E&P Indonesie John Anis, Benny Sidik Head Of Mahakam South Asset Production Area Division TEPI, Ari SDS, Bambang Arianto Kurniawan Kepala Humas dan Kelembagaan SKK Migas Kalsul dan dipandu Kristanto Hartadi Head of Departemen Media Relation TEPI, di Gran Sinyiur (22/7).

Pihaknya menyampaikan apreasiasi atas capaian dan kinerja yang dilakukan oleh TEPI. Dia menambahkan SKK migas terutama pemerintah berharap lapangan berusia 40 tahun dengan segala instalasi dan peralatan tetap dijaga kehandalan. Apalagi Desember 2018 nanti akan terjadi peralihan kepada Pertamina.

“Kita berharap pada peralihan 2018 nanti fasilitas migas masih tetap digunakan sesuai fungsinya sehingga alih kelola dari TEPI kepada Pertamina dapat berjalan baik khususnya buat teman-teman TEPi dibutuhkan informasi-informasi yang akurat kepada kami sehingga tim alih kelola yang sudah dibentuk untuk peralihan wilayah kerja dapat berjalan dengan baik,” harapnya.

Pada kesempatan itu, Vice Presiden Of Field Operations Total E&P Indonesie John Anis mengatakan meski kondisi usia cukup tua namun performance dan kinerja lapangan pengolahan masih berjalan bagus. Hal ini karena dilakukan pemeliharaan yang rutin, dilakukan pengecekan perangkat dan sertifikasi setiap alat yang digunakan dalam instalasi pengolahan.

“Kami selalu kordinasi dengan mereka menyampaikan performance masih seperti ini, sehingga mereka masih berikan sertifikasi tetap bisa kami pakai. Masing-masing peralatan kami monitor kinerjanya, kondisinya, pipa misalkan terjadi penipisan, bejana juga seperti itu supaya tidak terjadi kebocoran,” jelasnya.

“40 tahun secara umum dari suatu design suatu lapangan produksi memang masa yang sudah cukup tua artinya kalau kita tidak merawat dengan baik apalagi peralatan lepas pantai itu korosit pengaruh cuaca itu berkarat cepat sekali.kalau kita tidak lakukan pengawasan, inspeksi dengan teliti dan kualitas baik itu ngak sampai 40 tahun meskipun didesign 40 tahun. Jadi 40 tahun itu relatif tapi instalasi seperti ini 40 tahun itu cukup tua,” sambungnya.

Bahkan diusianya ini, SPS dipercaya oleh Mubadala (Abu Dabi) dan Eni (Italia) memakai instalasi yang dikelola TEPI. “Mubadala dan Eni melakukan survey dan studi, atas keberadaan instalasi SPS. Tentu saja mereka berani melakukan itu karena kepercayaan terhadap kami. Kami berterimakasih dan bangga mempercayakan kepada kami untuk mengoperasikan instalasi migas ini,” terangnya.

Pemanfaatan instalasi SPS oleh dua operator migas ini, ditentukan pemerintah dan dari TEPI tidak mengambil keutungan dari itu.
“Prinsip Fasilities Sharing Agreemen ini ditentukan oleh pemerintah dimana kita tidak mengambil keuntungan. Semua biaya-biaya dibebankan kembali bersangkutan tanpa kita mengambil untung,” tandasnya.

Diketahui, Lapangan yang berada di kelurahan Senipah, Kukar ini star up tahun 1976 diawali sebagai terminal untuk pengolahan produksi minyak dari Bekapai, Handil. Kemudian tahun 1980 mulai dikembangkan untuk pengolahan gasTambora, Tunu, Peciko dan puncakny pada tahun 1999.

John Anis mengatakan awalnya SPS beroperasi untuk pengolahan minyak dilapangan Bekapai dan Handil. Itu terjadi puncak nya pada tahun 1980.
“ Pada saat sama mulai temukan lapanga gas di Tambora, Tunu, Peciko ada kebutuhan untuk menampung kondesat (cairan gas). Perjalanan waktu kita temukan lapangan Peciko yang merupkan offshore dari Senipah. Tadinya Senipah hanya terminal Lalu karena letaknya offshore 30 Km lalu dibuat fasilitas pengolahan gas dari lapangan Peciko yang mulai 1999. Pada saat itu Senipah itu bukan hanya terminal tapi lapangan untuk mengelola gas sebelum dikirim ke bontang,” paparnya Anis.

Pengembangan kembali dengan ditemukan lapangan South Mahakam tahun 2012. Saat ini SPS memiliki 5 tanki besar dengan kapasitas 500 ribu barel.
“Setidaknya lebih dari us$ 31.2 miliar telah diinvestasikan dan menghasil gas terbesar di Indonesia mencapai 1,7 Bcfd dan liquid yang terdiri dari minyak dan kondensat sebesar 66.800 bopd,” tukasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version