BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Komoditas kelapa sawit termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi guna peningkatan daya saing.  Hilirisasi industri kelapa sawit terutama untuk industri berorientasi ekspor diperlukan, mengingat pertumbuhan impor tahun 2019 sebesar 7,1% yang masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor yang sebesar 6,3%.

Oleh karenanya, melalui upaya hilirisasi industri kelapa sawit, diharapkan dapat meningkatkan perolehan devisa dari kelapa sawit dan nilai tambah produk kelapa sawit dapat dinikmati oleh semua stakeholder di Indonesia.

Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor.

Secara umum, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu Oleo Pangan, Oleokimia dan Biofuel.

Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Prof. Dr. Erliza Hambali mengatakan  hilirisasi oleokimia yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery menjadi produk antara oleokimia/oleokimia dasar hingga produk jadi seperti surfaktan, sabun, deterjen, shampo, biolubricant dan biomaterial dan bioplastik.

Hal ini disampaikan dalam workshop Oleokimia kepala sawit yang diselenggarakan  Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) teng  Oleokimia dari Minyak Sawit  mengenai Potensi dan Tantangan, di Cokro Balikppapan,  Selasa (7/11/2023).

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Workshop yang akan dilaksanakan di 3 kota yaitu Bogor, Medan dan Balikpapan.

Menurutnya minyak kelapa sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara.

Berdasarkan data Ditjenbun (2022), luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta Ha dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton dan produksi PKO sebesar 9,65 juta ton.

“CPO dan PKO adalah merupakan bahan baku potensial untuk diolah menjadi beragam produk Oleokimia,” sebutnya.

 Selain penyumbang devisa, industri kelapa sawit juga menyediakan lapangan pekerjaan yang besar, yang mampu menyerap 4,53 juta tenaga kerja petani.

Kegiatan Workshop ini bertujuan untuk mendapatkan informasi produk oleokimia berbasis minyak sawit yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Juga  untuk  mendapatkan informasi provider teknologi berbasis minyak sawit serta gambaran pasar produk oleokimia berbasis sawit di dalam dan di luar negeri dan mendapatkan informasi peluang dan tantangan pengembangan industri oleokimia sawit di Indonesia.

Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan bagi masyarakat dan industri minyak sawit terkait pengembangan produk turunan minyak sawit khususnya oleokimia.

Workshop juga dihadiri beberapa industri kepala sawit diantaranya PT. Perkebunan Nusantara (PTPN 4), PT. Industri Nabati Lestari, PT Bumitama Gunajaya Agro dan PT. Petrokimia Gresik.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version