BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com –
Kepala BLH Balikpapan Suryanto berani menjaminkan jabatan apabila  kembali terjadi kebakaran di kawasan lahan HLSW, akan mengundurkan diri sebagai Kepala BLH Balikpapan.

Bahkan dia menyebutkan jika terjadi lagi seperti kebakaran lahan di HLSW pada 2015 lalu., sama saja dengan keledai.

” Oh ya kalau kebakaran lagi berarti keledai. Kepala BLH keledai terjeblos di lubang yang sama. Mundur aja dari Kepala BLH, ” katanya menanggapi persoalan titik api yang masih potensi terjadi di HLSW, (12/8).

Meskipun itu diucapkan sambil tertawa namun pernyataan itu disampaikan sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Diapun mengakui saat ini  penanganan kerawanan kebakaran hutan HLSW jauh lebih baik dan jauh lebih terencana. Tapi bisa saja penanganan yang dilakukan ini dapat berubah mengingat tahun depan masalah penanganan Hutan Lindung ditangani provinsi.

“Lebih Terencana dan lebih intens. Biaya juga dibantu Yayasan Ponatura. Tapi kita nggak tahu ya tahun depan kan kewenangan sudah di gubernur. Ini jadi persoalan,” ujarnya khawatir.

Dia menyebutkan dalam Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain (HSLW) terdapat 23 titik panas  yang berpotensi terjadinya kebakaran lahan di kawasan itu.

“Titik panas itu bersumber dari batu bara yang tersebar di dalam kawasan maupun areal perbatasan. Jika terjadi pemanasan yang tinggi (cuaca ekstrem) dikhawatirkan terjadi kebakaran lahan,” jelasnya

Namun menurutnya  Pemkot melalui Badan Pengelola HLSW Dan Das Manggar telah menjalin kerjasama dengan Yayasan Pontura dalam perlindungan HLSW Dan  pencegahan penanganan bencana kebakaran lahan termasuk pendanaan.

“Sudah ada MoU dengan pak wali dengan Yayasan Pontura untuk antisipasi kebakaran hutan lindung. Kalau diluar kita nggak tahu ya kalau Hutan Lindung Sungai Wain kita insyaallah berupaya semaksimal mungkin supaya tidak terjadi lagi kebakaran,” tuturnya.

Dia menambahkan
saat ini tanggung jawab penanganan kebakaran di kawasan Hutan Lindung Sungai Wain dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan lebih banyak lagi peran Badan pengelola (BP)  HLSW Dan Yayasan Pontura. Harapannya kedepan tidak ada lagi kebakaran hutan. Lagi- lagi batu bara yang terpendam dalam HLSW seperti menjadi duri dalam sekam.

” Tapi kan yang namanya batu bara ini yang tersingkap kita sulit mengatasinya. Yang di kota saja kita nggak bisa padamkan. Disiram nggak bisa mati, ” tandasnya.

Karena itu Suryanto mengajak masyarakat terutama yang tinggal di kawasan perbatasan HLSW untuk ikut bersama-sama menjaga kawasan hutan. Sebab keberadaan bukan hanya tempat tinggal bagi satwa dan hayati khas Kalimantan yang populasi makin berkurang namun juga menjadi sumber air bagi keberlangsung operasional Kilang.

Apalagi saat ini, perbatasan HLSW sudah hampir dikelilingi oleh izin-izin  pertambangan dari daerah tetangga.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version