BALIKPAPAN, Inibalikpapan – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) mengklaim sebanyak 23 ribu sekolah umum maupun madrasah di Indonesia telah ramah anak. Bahkan ada daerah yang telah 100 persen berkomitmen ramah anak.

“Kita baru beberapa tahun terakhir ini (sekolah berkomitmen ramah anak). Tapi capaiannya juga sudah 23 ribu lebih sekolah di Indonesia yang sudah ramah anak,” ujar Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPA Leni Rosaline saat kegiatan Pelatihan Sekolah Ramah Anak bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Pengukuhan Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) Kota Balikpapan tahun 2019, (Rabu (4/12/2019).

Menurutnya, sekolah ramah anak merupakan kebijakkan nasional untuk dunia pendidikkan. Karena waktu anak di sekolah 8 jam hingga 10 jam setiap harinya. Sehingga Pemerintah ingin memastikan sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak

“Jadi ini kan kebijakkan nasional yang ingin semua satuan pendidikkan baik sekolah umum mapun madrasah di seluruh Indonesia itu menjadi ramah anak,” ujarnya

“Karena sepertiga hidup anak-anak kita berada di sekolah mulai dari jam 7 pagi hingga jam 3 sore. Bahkan ada yang sampai jam 5 sore. Anggaplah sepertiga hidup anak-anak kita ini yang berada di sekolah tadi harus kita jaga betul,” ujarnya

Dia menjelaskan, semua indikator sekolah ramah anak harus terpenuhi mulai dari fasilitas sarana dan parasarana. Bebas narokoba dan berada dilingkungan yang sehat maupun  zona aman dari kecelakaan. Termasuk dukungan semua pihak.  

 “Jadi komponen-komponen dari sekolah ramah anak, mulai dari kantin, sarana prasrananya, gurunya, semua warga sekolah termasuk bagaimana UKS nya, dia kawasan tanpa rokok, kemudian tidak ada narkoba,” ujarnya.

“Semua adalah hal yang dibutuhkan untuk melindungi anak-anak kita. Jadi kalau sekolah itu ramah anak, sebetulnya dia turut menciptakan kualitas anak dari sepertiga waktu anak-anak. Kalau semua sekolah itu ramah anak berarti sepertiga kualitas anak kita bisa dijamin,”

Keseimbangan perlakukan di sekolah dan lingkungan keluarga atau rumah juga harus seimbang. Sehingga tidak terjadi perlakukan yang yang berbeda antara di rumah maupun di sekolah. Justru akan menimbulkan kebingunan bagi anak tersebut

“Intervensi  yang pertama di keluarga, itu kan anak berada di keluarga apa yang diberikan oleh keluarga, jangan sampai di sekolah dilarang, di rumah di bolehin,” ujarnya.

“Makanya di sekolah ramah anak harus terlibat keluarga agar pada saat yang diterapkan di sekolah sama yang diterapkan dirumah jadi anak tidak mengalami kebingungan. 8 jam di rumah, 8 jam di sekolah, 8 jam yang banyak di daerah lain masih banyak tantangan.”

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version