BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Hingga saat ini status Kota Balikpapan masih dalam penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2, meski begitu Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas di Kota Balikpapan baik di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih berjalan 50 persen dari kapasitas ruang kelas. 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan, Muhaimin mengatakan, Sampai saat inikan Kota Balikpapan masih berada di PPKM Level 2, belum ada turun status ke PPKM level 1, sementara diketahui panduan melaksanakan PTM terbatas itu dasarnya adalah PPKM level 2. 

“Jadi tentu walaupun tidak ada klaster dan kasus pandemi melandai kita tetap menunggu instruksi dan arahan Walikota sebagai Ketua Satgas Covid Kota untuk PTM di Balikpapan,” ujar Muhaimin kepada media, Senin (15/11/2021).

Untuk itu PTM terbatas baik di tingkat SD dan SMP masih tetap 50 persen dari kapasitas ruang kelas, atau sekali pertemuan pembelajaran. 

“Masih tetap 50 persen, tidak boleh juga kita bersuka cita, anak-anak tetap belajar sesuai dengan panduan PTM terbatas yang sudah kita keluarkan,” akunya. 

Saat disinggung apakah akan menambah jumlah kehadiran siswa di kelas jika status PPKM di Kota Balikpapan masuk ke level 1, Muhaimin mengaku, pasti akan ada penambah kehadiran siswa, selama status PPKM ke level 1 dan berangsur-angsur diharapkan bisa normal kembali.

“Kita lihat kondisinya, tapi kami berharap bisa berangsur normal, sehingga aktivitas belajar bisa berjalan baik, namun tetap dengan melaksanakan prokes,” akunya. 

Diketahui, Pemerintah mendorong satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. Hal ini dilakukan untuk memberikan opsi pembelajaran bagi orang tua dan anak di masa pandemi Covid-19.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Jumeri menyampaikan bahwa terdapat kondisi yang tidak ideal di masa pandemi ini. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah adanya learning loss.

Kemudian adanya jurang mutu antara orang mampu dan tidak mampu serta kota dan desa. Pasalnya, Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman sosial yang tidak bisa disamaratakan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Jumeri juga mengungkapkan psikologis anak didik yang menurun drastis di masa pandemi. Lalu, proses transfer keteladanan dari guru ke murid menjadi berkurang. 

“Permasalahan siswa tidak terdeteksi, pada umumnya dalam situasi normal apabila seorang anak punya masalah di rumah, itu bisa terdeteksi sehingga permasalahan bisa teratasi, ini tidak terjadi,” jelas dia.

Minimnya interaksi antara guru dan murid menjadi faktor yang serius. Oleh karenanya PTM terbatas terus didorong. “Hanya sekolah dengan kesiapan prima untuk protokol kesehatan dan pembuatan Satgas (Covid-19) baru boleh buka opsi tatap muka,” tegasnya. 

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version