Pasca Insiden Penembakan, Pemerintah Swedia Perketat Izin Kepemilikan Senpi
OREBRO, inibalikpapan.com – Pemerintah sayap kanan Swedia mengatakan akan berusaha untuk memperketat undang-undang senjata api menyusul penembakan massal yang tewaskan sepuluh orang beberapa hari lalu.
Penembakan ini terjadi di sebuah pusat pendidikan bahasa di Swedia untuk imigran di mana penyerang tampaknya telah menggunakan beberapa senapan berlisensi miliknya sendiri.
Sepuluh orang meninggal dunia karena tertembak oleh seorang pria bernama Rickard Andersson, seorang Swedia berusia 35 tahun.
Akhirnya, ia mengarahkan senjatanya ke dirinya sendiri dan ia juga meninggal dunia.
Polisi belum mengungkapkan nama-nama korban tewas dan luka-luka. Tetapi mengatakan mereka berharap untuk menyelesaikan proses identifikasi pada hari Jumat.
Di antara para korban terdapat beberapa warga minoritas yang melarikan diri dari penganiayaan di Suriah.
Polisi mengatakan mereka belum menemukan bukti motif ideologis sejauh ini.
Pemerintah telah sepakat dengan para pendukung sayap kanannya di parlemen untuk memperketat proses pemeriksaan bagi orang-orang yang mengajukan lisensi untuk memiliki senjata semi-otomatis.
Dikatakan bahwa AR-15, senapan serbu yang dibuat berdasarkan desain militer yang telah digunakan dalam banyak penembakan massal di Amerika Serikat, adalah jenis senjata yang ingin dibatasi aksesnya.
Pemerintah mengatakan bahwa mereka juga ingin memperkuat pembagian informasi antara polisi dan Badan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional mengenai individu yang tidak boleh memiliki senjata karena alasan medis.
“Kita harus memastikan bahwa hanya orang yang tepat yang memiliki senjata di Swedia,” Perdana Menteri Ulf Kristersson mengatakan kepada wartawan saat berkunjung ke Latvia seperti dikutip dari BBC.
Partai oposisi utama Swedia, Partai Sosial Demokrat, menyambut baik langkah tersebut tetapi menyerukan pemeriksaan dan kontrol yang lebih luas.
“Ada sebelum dan sesudah 4 Februari,” anggota parlemen Partai Sosial Demokrat Theresa Carvalho mengatakan dalam konferensi pers.
Polisi belum menyebutkan jenis senjata apa yang tersangka gunakan dalam serangan itu meski sudah terlihat di dekat jenazahnya.
Media lokal melaporkan bahwa ia memiliki lisensi berburu.
Serangan itu juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah keamanan di sekolah-sekolah Swedia perlu ditingkatkan.
Tidak seperti di banyak negara lain, sekolah pada umumnya dianggap sebagai ruang semi-publik dan jarang memiliki kontrol terhadap siapa yang boleh masuk dan keluar.
Permudah Izin Pemasangan Kamera Pengawas
Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mempercepat undang-undang yang sudah melalui parlemen yang akan memudahkan sekolah untuk memasang kamera pengawas, Menteri Kehakiman Gunnar Strommer mengatakan kepada media Swedia pada hari Kamis.
Polisi mengatakan tersangka, yang belum teridentifikasi secara resmi, memiliki izin untuk memiliki empat senapan.
Penyidik menemukan tiga senjata di samping jenazahnya bersama dengan 10 magasin amunisi kosong dan sejumlah besar amunisi yang tidak terpakai di insiden penembakan terparah di Swedia itu.
Swedia memiliki tingkat kepemilikan senjata yang tinggi menurut standar Eropa, meskipun jauh lebih rendah daripada di Amerika Serikat.
Sebagian besar senjata dimiliki secara legal untuk berburu, tetapi gelombang kejahatan geng telah menyoroti tingginya insiden senjata genggam ilegal.
Angka dari tahun 2017 oleh The Small Arms Survey, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Swiss, menunjukkan ada sekitar 2,3 juta senjata api yang warga sipil di Swedia bisa memiliki.
Itu sekitar 23 senjata api per 100 orang dibandingkan dengan 120 di Amerika Serikat dan 4,6 di Inggris.
Serangan itu membuat Swedia berduka dan polisi masih berusaha untuk menentukan motifnya. Mereka sedang menyelidiki informasi bahwa dia pernah menjadi siswa di sekolah itu.
Sekolah itu memiliki sekitar 2.700 siswa, sekitar 800 di antaranya terdaftar dalam kursus Bahasa Swedia untuk Imigran, menurut informasi yang diberikan oleh otoritas setempat.
BACA JUGA

