Raja dan Ratu Swedia Kunjungi Lokasi Penembakan Massal

BRUSSELS, inibalikpapan.com – Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia kunjungi lokasi sekolah dimana terjadi penembakan massal pada Rabu (5/2/2025).
Pada penembakan massal tersebut, 11 orang meninggal dunia dimana kejadian pada Selasa 4 Februari 2025 itu adalah tragedi terburuk di negara Nordik itu.
Para siswa dan guru bercerita bagaimana mereka berupaya selamatkan nyawa rekan-rekan mereka sebelum melarikan diri dari lokasi penembakan.
Polisi setempat katakan tidak ada bukti bahwa tersangka memiliki motif ideologis. Media setempat gambarkan pelaku sebagai pengangguran berusia 35 tahun.
Pihak kepolisian tambahkan penyerang tersebut tampaknya bertindak sendiri dan menembak dirinya sendiri hingga tewas di tempat kejadian.
Korban Luka Jalani Penanganan Serius
Setidaknya 11 orang tewas dan banyak orang terluka dalam penembakan massal di sekolah Risbergska di Orebro, Swedia bagian tengah.
Lima dari enam korban yang dirawat di rumah sakit – empat wanita dan dua pria – memerlukan pembedahan untuk luka tembak dan masih dalam kondisi serius, kata otoritas regional.
Beberapa siswa berada di kelas sementara yang lain sedang makan siang ketika pria bersenjata itu mulai menembak.
“Seorang pria di sebelah saya tertembak di bahu. Ia berdarah banyak. Ketika saya melihat ke belakang, saya melihat tiga orang tergeletak di lantai berdarah. Semua orang terkejut. Mereka berkata: “Keluar! Keluar!”,” kata seorang siswa sekolah, Marwa, kepada penyiar TV4.
“Saya mengambil selendang teman saya dan mengikatkannya erat-erat di bahunya agar ia tidak berdarah banyak.”
Maria Pegado, 54, seorang guru di sekolah tersebut, mengatakan seseorang membuka pintu kelasnya tepat setelah jam istirahat makan siang.
Ia dan berteriak kepada semua orang agar keluar dimana ia dan para murid kemudian mulai berlari keluar sekolah untuk menyelamatkan diri.
“Saya memikirkan murid-murid saya,” kata Pegado, yang mengajarkan keterampilan untuk menjadi staf dapur kepada siswa dewasa, kepada Reuters. “Banyak dari mereka telah melarikan diri dari negara-negara tempat kejadian seperti ini terjadi dan sekarang mereka mengalaminya di sini. Sungguh mengerikan.”
Banyak siswa di sistem sekolah dewasa Swedia ini adalah imigran yang mencari kualifikasi untuk membantu mereka mendapatkan pekerjaan di negara Nordik tersebut.
Mereka juga belajar bahasa Swedia.
Bendera Setengah Tiang di Seluruh Kerajaan Swedia
Bendera berkibar setengah tiang di Orebro serta di parlemen dan istana kerajaan di Stockholm.
Perdana Menteri Ulf Kristersson juga akan melakukan perjalanan ke Orebro, sebuah kota berpenduduk lebih dari 100.000 orang sekitar 200 km di sebelah barat Stockholm.
“4 Februari akan selamanya menandai hari yang gelap dalam sejarah Swedia,” kata Kristersson dalam sebuah pernyataan. “Kita adalah negara yang sedang berduka dan kita semua harus bersatu.
“Bersama-sama, kita harus membantu para korban luka dan keluarga mereka menanggung kesedihan dan beban hari ini.”
Lilin dan bunga telah diletakkan di dekat sekolah satu lantai di Jalan Haga, tempat para petugas polisi melanjutkan penyelidikan mereka. Para petugas polisi berdiri di dekatnya di bawah langit yang kelabu.
Kemudian kepala polisi setempat Roberto Eid Forest mengatakan para penyelidik masih yakin hanya ada satu pelaku. “Kami akan kembali mencari tahu motif apa yang ada,” katanya dalam konferensi pers.
Polisi mengatakan tersangka, yang tidak mereka sebutkan namanya, tidak mereka kenal sebelum serangan itu.
“Itu bisa terjadi di Orebro, itu sama sekali tidak terduga,” kata Wali Kota Orebro John Johansson kepada penyiar SVT. “Saya mengerti bahwa anak-anak, kaum muda kita sangat takut hari ini. Begitu juga saya.”
Polisi mengatakan mereka tidak melihat adanya ancaman umum terhadap sekolah atau prasekolah di negara itu, maupun terhadap sekolah pendidikan orang dewasa, termasuk kelas bahasa Swedia untuk imigran.
Swedia telah berjuang melawan gelombang penembakan dan pemboman karena kejahatan geng endemik.
Begara berpenduduk 10 juta orang itu mencatat tingkat kekerasan senjata per kapita tertinggi di Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, serangan fatal di sekolah jarang terjadi.
Sepuluh orang tewas dalam tujuh insiden kekerasan mematikan di sekolah antara tahun 2010 dan 2022, menurut Dewan Nasional Swedia untuk Pencegahan Kejahatan.
BACA JUGA