BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Presiden Joko Widodo menyoroti ekspor bahan mentah yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya, sejak lama. Diantaranya nikel.

Pasalnya, nilai ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah pada 2014 hanya mencapai USD1 miliar atau Rp15 triliun dan melonjak setelah ekspor tersebut dihentikan.

“Begitu kita stop, 2017 setop (ekspor bahan mentah) nikel, ekspor di 2021 mencapai Rp300 triliun lebih. Dari Rp15 triliun, melompat menjadi Rp300 triliun. Itu baru satu komoditas,” imbuhnya.

Karenanya menurut mantan Wali Kota Solo itu dengan melakukan hilirisasi dan industrialisasi, pemerintah akan mendapatkan banyak keuntungan.

Pertama, penerimaan pajak akan meningkat, kedua, akan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak. Untuk itu, pemerintah berencana menghentikan ekspor dalam bentuk bahan mentah untuk komoditas lainnya.

“Setelah nikel inilah, meskipun belum rampung (gugatan) di WTO, akan kita stop lagi tahun ini mungkin timah atau bauksit, stop. Kerjakan oleh BUMN, bekerja sama dengan swasta,” ujarnya

“Kalau BUMN dan swasta belum siap teknologinya, mengambil partner, enggak apa-apa. Partner asing untuk transfer teknologi, enggak apa-apa,”

Jika hilirisasi dan industrialisasi tersebut dilakukan secara konsisten, Kepala Negara meyakini, PDB/GDP ekonomi Indonesia yang saat ini berada pada ranking 15 di dunia akan dapat melompat ke urutan ketujuh di dunia pada 2030 nanti, dan urutan keempat pada tahun 2045.

“Kalau pertumbuhan ekonomi kita baik, GDP kita baik, nanti di 2030 perkiraan kita sudah tiga kali yang sekarang, dari yang sekarang USD1,2-1,3 triliun menjadi di atas USD3 triliun. Akhirnya apa? APBN kita menjadi menggembung lebih besar,” tandasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version