JAKARTA, Inibalikpapan.com – Pemerintah diminta untuk melakukan pendekatan jangka panjang untuk menekan inflasi disektor pangan. Anggota Komisi XI DPR RI Junaidy Auly menyoroti kerap terjadi inflasi di sektor pangan, terutama jelang hari besar.

Secara khususnya Junaidy menyebut harga komoditas beras yang melonjak. Menurutnya kondisinya ini, mestinya bisa diantisipasi  dengan pendekatan jangka panjang.

“Pendekatan penyelesaian masalah (inflasi pangan) ini dilakukan untuk jangka pendek. Seperti melakukan impor dan intervensi dalam bentuk operasi pasar, serta pemantauan alur distribusi pada level pusat dan daerah saja,” ujar Junaidi dikutip inibalikpapan dari laman DPR RI.

Dia mengungkapkan, pendekatan jangka panjang yakni dengan  melaksanakan manajemen pengendalian inflasi. Selain itu harus dilakukan perbaikan dari hulu sampai hilir, terutama terhadap gejolak inflasi komoditas pangan.

“Tentunya, kolaborasi dalam penyusunan kebijakan dan pelibatan aktif seluruh stakeholder dalam melaksanakan kebijakan dari level pusat hingga daerah. Ini menjadi kunci utama tercapainya efektivitas pengendalian inflasi pangan yang berkelanjutan,” jelas Politisi Fraksi PKS ini.

BACA JUGA : https://www.inibalikpapan.com/kppu-telusuri-penyebab-kenaikkan-harga-beras/

Junaidi mengkiritisi soal penjelasan Pemerintah bahwa perekonomian Indonesia cukup solid. Tapi nyatanya tidak mampu mengantisipasi inflasi atas kenaikan harga beras di Indonesia saat ini.

“Terlebih Indonesia merupakan negara agraris yang dalam tiga tahun belakangan ini diklaim Pemerintah dalam kondisi perekonomian yang cukup solid dan terkendali meskipun dihadapkan pada fluktuasi perekonomian dunia,” ujarnya

KINERJA APBN

Pemerintah pada 22 Februari 2024, dalam hal ini Kementerian Keuangan bahwa kinerja APBN 2024 tetap kuat dan adaptif mengantisipasi risiko. Seperti pada periode tahun 2023 disebutkan ekonomi Indonesia tumbuh relatif kuat mencapai 5,05 persen.

“Di bulan Januari 2024 Neraca perdagangan Indonesia masih tetap mencatatkan surplus sebesar USD2,02 miliar. Di awal tahun 2024, APBN mencatatkan kinerja yang baik dengan realisasi Belanja Negara mencapai Rp184,2 triliun (5,5 persen pagu APBN),” jelas Junaidi.

Namun menariknya, kata Junaidi, gejolak inflasi volatile foods berada pada kisaran 1,53 (mtm), 8,47 (yoy), atau 1,54 (ytd) ditengah kondisi Inflasi domestik yang dinilai relatif terjaga mencapai 2,57 (yoy).

“Apalah artinya perekonomian tumbuh, neraca perdagangan Indonesia surplus dan kinerja APBN 2024 tetap kuat, ketika masyarakat Indonesia yang hidup di negeri agraris ini mengalami permasalahan harga pangan yang tinggi dan stok pangan yang tidak cukup,” tandasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version