JAKARTA, Inibalikpapan.com – Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma’ruf Usman Kansong mengatakan tata kelola pembangunan ekonomi di era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) sejak tahun 2014 hingga sekarang berjalan seimbang. Meski diawal pemerintah Jokowi pertumbuhan ekonomi lebih rendah di era pemerintahan SBY.

Usman menyebutkan trend pertumbuhan ekonomi sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah turun. Tahun 2010 ekonomi tumbuh sekitar 6,38 %, Namun pada tahun 2011 turun menjadi 6,17 %, tahun 2012 sekitar 6,03 % dan tahun 2013 turun ke 5,58 %.

“Tahun 2014 Pak Jokowi dikasih angka pertumbuhan ekonomi 5,02 %. Jadi memang cenderung turun di banding era SBY. Tapi setelah itu, ekonomi tumbuh terus, daya beli seimbang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diangka 5 persen dianggap cukup baik, meski masih dibawah rata-rata ekonomi global diangka 5,2 persen,” ujar Usman melalui rilis yang diterima inibalikpapan

Saat ekonomi melambat, pemerintah berupaya menstabilkan daya beli masyarakat. Subsidi BBM era Jokowi, kata dia, dialihkan langsung ke orang agar tidak salah sasaran yang digunakan dengan harapan untuk keperluan tertentu. Kesenjangan ekonomi turun karena ada program dana desa, ada PKH, BBM satu harga, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat.

“Saya ingin sampaikan Jokowi sudah mencapai kemajuan ekonomi. Itu patut diapresiasi. Berdasarkan hasil survei, masyarakat puas dengan kinerja Jokowi. Tentu ada berbagai persoalan, tapi ini semua akan diperbaiki di periode berikutnya,” ujarnya menambahkan.

Sementara Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Emrus Corner Sihombing mengatakan target ekonomi Jokowi dari 7 persen namun hanya tercapai 5 persen, masih ditanggapi positif. Menurutnya pertumbuhan ekonomi sudah luar biasa, karena di sisi lain ada pembangunan infrastruktur dan faktor eksternal yang mendukung.

Etnis juga mengatakan tidak ada pemerintahan yang tidak berutang. Hanya saja perlu dilihat sejauh mana utang digunakan untuk kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk korupsi.

“Jangan menggunakan kekuasaan untuk koruptif sehingga utang tidak digunakan dengan baik.  Kalau utang digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, saya kira tidak masalah,” ujar Emrus.

Pengamat Ekonomi Rosdiana Sijabat mengatakan tantangan pembangunan ekonomi ke depan sangat berat, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal.

Faktor eksternal adalah terjadi pelambatan kinerja ekonomi kawasan. Dia mengatakan Amerika dan China sibuk perang dagang. Disisi lain Eropa masih bermasalah dengan pasar keuangan. Sementara di Asia Tenggara terjadi pelemahan permitaan barang dan jasa.

Rosdiana menyebutkan Amerika pertumbuhan ekonominya 2,9 %, sehingga Indonesia tidak terlalu buruk, tapi juga tidak terlalu baik. Sebagai perbandingan Singapura mengalami pertumbuhan ekonomi 3 %, Vietnam dan Kamboja mampu mencapai 6 %.

“Catatan saya untuk Jokowi ke depan adalah kalau sekarang secara kasat mata lebih banyak positif daripada  negatif. Ada yang negatif tapi bukan di fundamental perekonomian. Dan untuk faktor eksternal tidak bisa 100 kita atur,” kata Rosdiana

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version