INOVASI di era digitalisasi dewasa ini sudah menjadi hal yang wajib jika ingin bersaing dalam berbagai aspek kehidupan manusia di era globalisasi yang kian berkembang.

Globalisasi memperlihatkan dua dimensi yakni, economic-corporation globalization dan political- state globalization. Implikasi tersebut membawa keterbukaan pasar. Termasuk di dalamnya keikutsertaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam mengambil peran.

Teknologi sebagai produk sosial, termasuk internet tidak bebas nilai atau budaya. Tingkat kompatibilitas antara nilai dan norma teknologi dengan nilai atau norma (yang dianut) penggunanya sangat menentukan pola penggunaan teknologi tersebut.

Nilai dari sebagian besar barang dan jasa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) cenderung yang lebih maskulin merupakan salah satu penyebab kesenjangan digital yang terkait gender.

Sebanyak 200 juta masyarakat Indonesia telah memiliki akses menggunakan internet. Dari angka tersebut, persentase pengguna internet perempuan ternyata lebih tinggi dari pada laki-laki. Data tersebut diambil berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional 2021, di mana 56,6 persen pengguna internet di Indonesia adalah perempuan.

Sedangkan Data Badan Pusat Statistik tentang mengakses internet menurut jenis kelamin khususnya Perempuan tiga tahun terakhir 2020-2022 menunjukan peningkatan yang cukup signifikan dari angka 47,17% di tahun 2020, 50,32% pada tahun 2021 dan berada di angka 54,70 pada tahun 2022.

Terkait angka tersebut dianggap dapat menjadi bukti bahwa perempuan Indonesia telah mendapatkan akses ke teknologi dan sedang menjalani migrasi dan transformasi digital.

Melihat faktanya baik dukungan dari berbagai data survei membuktikan bahwa perempuan juga memiliki kemampuan mengaktualisasi dirinya di ruang publik sebagaimana halnya laki-laki.

Beberapa penelitian lainnya juga menerangkan sudut pandang yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. apa yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan saat terkoneksi dengan internet, salah satu penelitian menunjukan bahwa laki-laki lebih tertarik mengenai teknologi internet sedangkan wanita lebih tertarik dengan apa yang bisa dilakukan dengan internet (Budi Hermana, 2008).

Pentingnya Perempuan dalam Inovasi dan Teknologi Digital 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai bahwa membawa perempuan dan kelompok marginal ke dunia teknologi akan membawa dampak yang positif demi mencapai kesetaraan gender sekaligus membantu mencukupi kebutuhan perempuan.

Sebaliknya, ada harga yang harus dibayar ketika dunia memutuskan untuk tidak melibatkan mereka. Sebagai contoh berdasarkan laporan Gender Snapshot 2022 oleh UN Women, tidak terlibatnya perempuan dalam dunia digital telah memangkas lebih dari Rp 15 ribu triliun penghasilan negara menengah ke bawah selama satu dekade terakhir. Kerugian ini diprediksi bisa berkembang hingga Rp 23 ribu triliun pada 2025 jika tidak segera diatasi.

Perempuan sangat penting terlibat dalam dunia digitalisasi karna memiliki solusi yang kreatif dan potensi yang besar untuk inovasi yang memenuhi kebutuhan perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender.

Dalam rangka merayakan Internasional Women’s Day 2023 penulis mengajak perempuan untuk memperjuangkan kemajuan teknologi transformasi dan pendidikan digital atau sering kita kenal dengan literasi digital. Internasional Women’s Day akan mengeksplorasi dampak kesenjangan gender digital pada kesenjangan ekonomi dan sosial yang melebar.

Tema yang diangkat menyoroti pentingnya melindungi hak perempuan dalam ruang digital dan menangani kekerasan berbasis gender. Hal ini juga meningkatkan kesadaran perempuan terkait hak dan keterlibatan sipil.

“Di era saat ini kemajuan teknologi digital memberikan peluang besar dalam mengatasi tantangan pembangunan dan kemanuasiaan.  Hal ini juga untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan pada 2030”

Di samping itu, dalam ruang digital juga mendatangkan resiko pola ketidaksetaraan gender dan juga kekerasan seksual. Di mana ruang-ruang yang tercipta dalam teknologi informasi baik di media sosial mempertontonkan perempuan seringkali hanya sebagai objek.

Komnas Perempuan menginformasikan bahwa catatan pada 2022, ada sebanyak 1721 pengaduan langsung kasus kekerasan terhadap perempuan di ruang siber. Terjadi peningkatan yang sangat signifikan, yaitu 83% dari tahun sebelumnya dengan jumlah yang hampir sama di ranah personal dan di ranah publik.

Perlu dipahami bahwa dampak kekerasan yang dialami perempuan di ruang siber tidak hanya di ruang online, tetapi juga  di ruang offline. Tidak hanya dampak secara kesehatan psikis (mulai dari menarik diri, di kucilkan, depresi berat  sampai dengan post traumatic stress disorder beserta komplikasinya: bunuh diri), tetapi juga kemungkinan gangguan kesehatan fisik, gangguan kehidupan sosial, masalah  pendidikan bahkan sampai dengan masalah ekonomi, yang semuanya ini  akan dialami oleh penyintas pada saat yang bersamaan, tidak harus menunggu waktu yang lama.

Melihat makin berkembangnya teknologi digital dengan keterlibatan perempuan makin meningkat di Indonesia, tetapi di sisi lain ada ruang yang mengkultuskan perempuan atau diskriminasi di dunia maya atau ruang digitalisasi, ini menjadi warning tetapi juga dibaca sebagai peluang bagi kaum perempuan untuk mengaktualisasi diri serta terlibat aktif dalam menciptakan inovasi di era digital untuk kesetaraan gender.

Maka pentingnya semua pihak memberi perlindungan bagi perempuan di ruang digital dan menangani kekerasan berbasis gender melalui teknologi informasi dan komunikasi berbasis online.

Dalam dunia digital teknologi perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Perempuan harus memiliki kemampuan literasi digital agar terhindar dari berbagai masalah seperti kebocoran data pribadi, penipuan online, kekerasan seksual online dan juga berbagai keamanan digital lainya, sehingga di sini perempuan dapat mengambil alih peranan menjadi penjaga agar aman dirinya sendiri, keluarga dan orang lain.

Perempuan berperan dalam membentuk karakter bangsa. Mereka dapat mengajak perempuan lain untuk menggunakan dan mengoptimalkan penggunaan internet yang merupakan bagian dari kontribusi mereka terhadap pemberdayaan perempuan baik di ranah pribadi maupun public. Hal ini karena perempuan adalah sosok yang unik dan multidimensi identitas.

Perempuan tak hanya membangun dirinya dan keluarga, tapi juga membangun masyarakat dan negara. Sebuah keluarga dan bangsa akan menjadi kuat dan berdaya jika perempuan di dalamnya juga kuat dan cerdas.

Oleh karena itu, perempuan harus adaptif terhadap informasi teknologi yang semakin dinamis serta memanfaatkan peluang yang ada untuk mengaktualisasikan diri, menciptakan Inovasi dan berkontribusi dalam proses mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia.

“Untuk itu kebutuhan akan teknologi dan digital mengikutsertakan dan transformatif penting untuk masa depan yang berkelanjutan”

Penulis

Rahel Arung Pabangke Masahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Balikpapan juga aktif sebagai Aktivis Perempuan di Kalimantan Timur serta Sekretaris Cabang GMKI Balikpapan

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version