Perjalanan Pahit Patrick Kluivert di Kursi Pelatih Timnas Indonesia, Terancam Dipecat
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Saat Patrick Kluivert diumumkan sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia pada 8 Januari 2025, publik sepak bola nasional sempat terkejut.
Karena ketika itu, Timnas Indonesia masih dilatih Shin Tae-yong dan sedang berjuang di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Publik pun sempat terpecah.
Nama besar eks striker Barcelona dan timnas Belanda itu diharapkan mampu membawa gaya sepak bola Eropa modern dan mewujudkan mimpi besar: tampil di Piala Dunia 2026.
Namun, sepuluh bulan berselang, kekecewaan mendalam. Timnas Indonesia gagal menembus Piala Dunia 2026, dan masa depan Kluivert kini berada di ujung tanduk.
Awal yang Menggairahkan
Kluivert tiba di Jakarta pada 11 Januari 2025 disambut gegap gempita suporter di Bandara Soekarno-Hatta. Sehari kemudian, ia diperkenalkan secara resmi oleh PSSI di Hotel Mulia, Jakarta, bersama dua asistennya asal Belanda, Alex Pastoor dan Denny Landzaat.
Membawa filosofi total football modern, Kluivert berjanji menanamkan gaya bermain berani: penguasaan bola tinggi, kontrol tempo, dan transisi cepat. Ia menandatangani kontrak dua tahun hingga 2027 dengan target ambisius — membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026 dan menembus final Piala Asia 2027.
Debut Mengecewakan
Namun debut Kluivert di laga resmi tak berjalan mulus. Indonesia dihajar Australia 1–5 di Sydney pada 20 Maret 2025 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia. Koordinasi pertahanan yang rapuh dan adaptasi yang lamban terhadap intensitas permainan Eropa membuat Garuda tak berdaya.
Setelah awal yang pahit, Indonesia perlahan menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Garuda mencatat kemenangan atas Bahrain (1–0) dan China (1–0), meski kemudian kembali tumbang telak 0–6 dari Jepang. Di ajang uji coba internasional, Kluivert mencatat kemenangan besar 6–0 atas Chinese Taipei, namun hanya bermain imbang 0–0 kontra Lebanon.
Hingga akhirnya, dua laga pamungkas menjadi mimpi buruk: kalah 2–3 dari Arab Saudi dan takluk 0–1 dari Irak, yang sekaligus menutup jalan Indonesia ke Piala Dunia 2026.
Catatan Kluivert Bersama Garuda
| Lawan | Skor | Kompetisi |
| Australia vs Indonesia | 1–5 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
| Indonesia vs Bahrain | 1–0 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
| Indonesia vs China | 1–0 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
| Jepang vs Indonesia | 0–6 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
| Indonesia vs Chinese Taipei | 6–0 | Uji coba internasional |
| Indonesia vs Lebanon | 0–0 | Uji coba internasional |
| Indonesia vs Arab Saudi | 2–3 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
| Irak vs Indonesia | 0–1 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
Total: 8 laga — 3 menang, 1 imbang, 4 kalah.
Gol: 11 dicetak, 15 kebobolan.
Tagar Kluivert Out Menggema
Kegagalan lolos ke Piala Dunia 2026 menjadi titik balik kejatuhan Kluivert. Tagar #KluivertOut menggema di dunia maya, mencerminkan kekecewaan publik atas performa yang dianggap jauh dari ekspektasi.
Padahal, skuad Garuda kini diisi mayoritas pemain yang berkarier di Eropa, dan sempat disebut sebagai “generasi emas” sepak bola Indonesia. Harapan besar itu kini runtuh seiring hasil buruk di bawah pelatih asal Belanda tersebut.
Hingga kini, PSSI belum memberikan sikap resmi terkait masa depan Kluivert. Namun tekanan publik semakin keras. Banyak pihak menilai waktunya Kluivert hengkang sebelum proyek kebangkitan Garuda benar-benar runtuh.
Bagi banyak penggemar, perjalanan Patrick Kluivert di Indonesia kini hanya menyisakan satu pelajaran: nama besar tak selalu menjamin kesuksesan di tanah Garuda.
Gaya Bermain
| Aspek | Gaya & Pendekatan | Dampak |
| Filosofi | Total football modern, mengandalkan penguasaan bola dan pergerakan dinamis. | Tim bermain lebih atraktif, tapi masih rawan kehilangan bola di tengah. |
| Taktik | Formasi 4-2-3-1 / 4-3-3 dengan pressing tinggi dan serangan dari sayap. | Pola menyerang lebih hidup, tapi finishing jadi masalah utama. |
| Karakter | Tegas, komunikatif, dan fokus membangun mental pemenang. | Pemain menyebut atmosfer latihan lebih profesional. |
| Kelemahan | Adaptasi terhadap iklim Asia dan minimnya waktu latihan kolektif. | Konsistensi permainan belum stabil di tiap laga. |
BACA JUGA
