Pesan Terakhir Paus Fransiskus, Serukan Perdamaian Dunia

Paus Fransiskus berdoa selama Misa pada Hari Raya Epifani pada tanggal 6 Januari 2025, di Basilika Santo Petrus di Vatikan. (foto: Vatican Media)
Paus Fransiskus berdoa selama Misa pada Hari Raya Epifani pada tanggal 6 Januari 2025, di Basilika Santo Petrus di Vatikan. (foto: Vatican Media)

VATIKAN, Inibalikpapan.com Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma yang dikenal dengan sikap humanis dan pesan perdamaian globalnya, wafat pada Senin (21/4) dalam usia 88 tahun.

Wafatnya Paus membawa duka mendalam bagi umat Katolik dan komunitas internasional, terutama karena pesan terakhirnya yang begitu menggugah disampaikan hanya sehari sebelum kepergiannya.

Dalam pesan Paskah bertajuk Urbi et Orbi yang dibacakan Uskup Agung Diego Ravelli pada Minggu (20/4), Paus Fransiskus menyoroti konflik global dengan fokus utama pada situasi tragis di Gaza dan Ukraina

“Situasi di Gaza adalah dramatis dan menyedihkan. Saya menyerukan gencatan senjata segera, pembebasan para sandera, dan pengiriman bantuan kemanusiaan bagi mereka yang menderita kelaparan,” ungkap Paus melalui teks yang disampaikan Ravelli, karena kondisi kesehatannya yang belum pulih sepenuhnya dari pneumonia.

Tak hanya Gaza, Paus juga mengecam tren meningkatnya antisemitisme di dunia. Ia menyatakan solidaritasnya terhadap rakyat Israel dan Palestina yang terus terjebak dalam lingkaran kekerasan dan ketakutan.

“Dunia tidak membutuhkan lebih banyak senjata, tetapi lebih banyak harapan,” tulis Paus dalam pesan sosial medianya beberapa jam sebelum wafat.

“Kristus telah bangkit! Kata-kata ini menggambarkan seluruh makna keberadaan kita, karena kita tidak diciptakan untuk kematian, melainkan untuk kehidupan.”

Permintaan Terakhir: Upacara Sederhana

Sebagai simbol konsistensinya terhadap gaya hidup sederhana, Paus Fransiskus sempat menyampaikan permintaan agar upacara pemakamannya digelar secara sederhana.

Vatikan telah mengonfirmasi bahwa prosesi akan difokuskan pada liturgi kebangkitan Kristus, tanpa kemewahan berlebihan.

BACA JUGA :

Paus Pertama dari Amerika Latin, Peduli Isu Lingkungan dan Sosial

Paus Fransiskus lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936. Ia menjadi Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik, dan Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin serta Paus Jesuit pertama dalam sejarah.

Terpilih pada 13 Maret 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri, Fransiskus segera mencuri perhatian dunia karena pendekatan pastoralnya yang membumi.

Ia dikenal menolak kemewahan Vatikan, lebih memilih tinggal di Wisma Santa Marta daripada di Istana Kepausan, dan kerap turun langsung ke tengah masyarakat miskin serta pengungsi.

Selama lebih dari satu dekade masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus aktif mendorong reformasi dalam Gereja Katolik, memperjuangkan lingkungan hidup melalui ensiklik Laudato Si’, dan membuka dialog yang lebih luas dengan agama-agama lain.

Ia juga tak segan menyentuh isu-isu sosial seperti perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, imigrasi, dan hak asasi manusia—menjadikannya suara moral yang didengar lintas agama dan batas negara.

Jejak Warisan yang Tak Akan Hilang

Wafatnya Paus Fransiskus menandai akhir dari satu era, namun pesan-pesannya dipastikan akan terus bergema di tengah dunia yang masih haus akan keadilan dan kasih. Ia adalah pemimpin yang tak hanya memimpin Gereja, tapi juga menyentuh hati dunia.

Sumber : Vatican News/Business Insider

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses