BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Dalam dua bulan terakhir harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit anjlok. Di Kaltim bahkan menyentuh terendah Rp 600 per kg.

Anjloknya harga sawit akibat pemerintah yang sebelumnya mengeluarkan larangan ekspor, setelah harga kinyak goreng melonjak.

Para petani di Kaltim pun mengaku merugi setelah anjloknya harga sawit. Mereka pun terpaksa tidak panen. Karena menghindari rugi. Karena tak sebanding dengan biaya panen.

“Sekarang Rp 600, bahkan sekarang gak panen. Mau panen pun gak ada untung, gak di panen pun gak ada untung,” ujar Wajik (53) petani sawit dari Kelompok Tani Sawit Jaya, Kecamatan Longikis Kabupaten Paser.

Dia mengatakan, ada biaya yang harus dikeluarkan petani untuk panen. Termasuk membawanya ke PTPN perusahaan BUMN. Karena ada biaya untuk bayar orang untuk panen.

“Biaya angkut, nimbang, Jadi gak untung kalau panen, gak di panen juga gak untung,”ujarnya kepada awak media

Dia berharap, harga sawit bisa kembali normal seperti dua bulan sebelumnya yang mencapai Rp 3 juta hingga Rp 3,3 juta petani masih mendapat untung. Petani bisa stres.

“Kita mudah-mudahan jangan sampai diatas 2 bulan (anjlok). Kalau 2 bulan banyak petani stres. Maksudnya berubahlah itu harganya, naik lagi lah harganya, kembali normal,” ujarnya.

Para petani juga mengeluhkan naiknya harga pupuk dalam empat bulan terakhir yang mencapai Rp 500 ribu per sak. “Pupuk sekarang harganya 300 ribu ada yang 500 ribu,” ujarnya.

Wajik memiliki 5 kapling atau 10 hektar sawit dimana dalam satu hektar ada sebanyak 260 pohon. Soal produksinya, masih belum bisa di hitung karena usianya dibawah 9 tahun.

“Kalau sekarang gak bisa ditentukan karena ada yang kecil sawit, Sawit 9 tahun. Sebanyak 260 pohon dalam satu kapilng itu sekitar rata-rata belum bisa dihitung,” ujarnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version