BALIKPAPAN, Inibalikpapan – Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan mendorong petani di Kaltim menanam porang sejenis umbi. Pasalnya, selain memiliki kadar karbohidrat yang tinggi, juga memiliki pasar ekspor yang besar.

Kepala Balai Karantina Pertanian  Kelas 1 Balikpapan Abdul Rahman mengatakan, petani di Pulau Jawa bahkan sudah lebih dulu mengembangkan pertanian porang dan telah mengekspor ke sejumlah negara. Hasilnya cukup menjanjikan.

Di Kaltim justru porang tumbuh subur. Hanya saja masyarakat Kaltim justru kerap menganggapnya sebagai hama. Padahal porang cukup menjanjikan jika dikembangkan. Karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor.

“Memang punya nilai jual yang tinggi untuk pasar ekspor. Tentu harusnya bisa dikembangkan,” ujar

  Abdul Rahman.

Dia mengungkapkan, harga porang kering mencapai Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan hanta porang basah Rp 8.000 per kilogram. Porang saat ini masih banyak yang justru berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan.

“Tanaman porang sangat potensi dan memiliki nilai bisnis yang tinggi. Di Makassar dan daerah lain sudah ada. Bisa diekspor ke Cina dan Jepang,” ujarnya.

Menurutnya, porang memiiliki berbagai manfaat, termasuk untuk bahan kosmetik, bahan baku tepung danm penjernih air. Selain itu juga untuk pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun terakhir diekspor ke Negeri Sakura.

Pada 2018 lalu, Badan Karantina Pertanian mencatat ekspor porang sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar. Beberapa negara tujuan ekspor yakni Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lainnya.

“Saya sudah beri penyuluhan ke petani di Samarinda, tentang porang. Jadi kita akan terus sosialisasi agar petani di Kaltim juga menanam porang,” ujarnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version