Sekolah Terapung Sepatin, Cahaya dari Tengah Delta Mahakam
ANGGANA,Inibalikpapan.com – Arus sungai mengalun tenang di bawah langit pagi yang masih berkabut. Perahu kayu dan speedboat kecil melintas bergantian, membawa warga yang beraktivitas menuju kebun, tambak, atau sekolah.
Aktivitas di anak sungai Mahakam tertidak terlalu ramai, apalagi jika sudah masuk di ujung muara Sungai Mahakam aktvitas makin sunyi. Aktivitas masyarakat mayoritas nelayan dan buruh tambak. Tepat di Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, terdapat sekolah yang menjadi kebanggaan masyarakat pesisir: SMP Negeri 6 Anggana yang menjadi lokasi kunjungan jurnalis pada, Selasa (14/10/2025).
Sekolah ini seolah menjadi mercusuar kecil di tengah delta yang luas. Di tempat terpencil dan dikelilingi hutan nipah ini, semangat pendidikan justru menyala paling terang. Anak-anak datang dengan seragam lengkap sekolahnya, namun mereka membawa harapan besar.
Siswa belajar di ruang kelas yang dindingnya dihiasi karya seni dan hasil belajar yang penuh warna, hasil dari program pembinaan pendidikan oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sejak 2021.

Untuk mencapai sekolah ini, dibutuhkan waktu sekitar satu setengah hingga dua jam perjalanan dari Pelabuhan Sungai Meriam, Anggana. Tidak ada jalan darat yang bisa dilalui kendaraan. Satu-satunya akses hanya lewat jalur air, menyusuri sungai dengan perahu bermesin kecil yang harus berhati-hati terhadap pasang surut air.
“Kalau musim angin kencang, kami tidak berani jalan. Tapi anak-anak tetap semangat belajar, kadang sekolah jalan seadanya,” ujar Tata Irawati, guru Bahasa Indonesia di SMPN 6 Sepatin yang sudah lima tahun mengabdi di sana.
Keterbatasan Membuat Tata Kuat dan Beradaptasi
Tata masih ingat betul ketika pertama kali ditugaskan. “Saya kira bisa pulang pergi dari kota, ternyata harus tinggal. Perjalanan panjang, biaya besar, sinyal susah, listrik juga terbatas. Tapi justru di sinilah saya menemukan makna menjadi guru sesungguhnya,” tuturnya sambil tersenyum.
Listrik di desa itu baru menyala pukul enam sore dan padam enam pagi. Internet hanya sesekali bisa diakses menggunakan sinyal dari tepi sungai. Namun, keterbatasan itu tak pernah menyurutkan semangat para guru dan siswa.
Sejak 2021, PHM hadir dengan berbagai program CSR di bidang pendidikan di Desa Sepatin dan wilayah pesisir Anggana. Salah satunya adalah program “Sekolah Negeri Terapung”, yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan di wilayah terpencil dan 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Kontribusi Nyata Tidak Hanya Infrastruktur tapi Peningkatan Kapasitas Guru
Head of Communication, Relations & CSR PHM, Achmad Krisna Hadiyanto, menjelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu fokus utama tanggung jawab sosial perusahaan.
“Kami ingin memberikan kontribusi nyata untuk mendukung pemerataan pendidikan. Tidak hanya lewat infrastruktur, tapi juga peningkatan kapasitas guru dan pengembangan karakter siswa,” ujarnya.
Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, PHM mengadakan pelatihan guru, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan pesisir, hingga penyediaan energi listrik dengan solar home system (SHS) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk sekolah-sekolah di delta Mahakam.
Kini, anak-anak di Sepatin bisa belajar dengan penerangan yang lebih baik, guru bisa menggunakan alat peraga berbasis multimedia, dan sekolah menjadi lebih hidup dengan kegiatan kreatif.
Meski terpencil, SMPN 6 Anggana telah menorehkan prestasi yang luar biasa. Beberapa siswanya berhasil menembus ajang lomba internasional. Salah satunya adalah Ainun Nisya, siswi kelas VII yang gemar menggambar. Ia menjadi salah satu peserta lomba menggambar bertema lingkungan yang digelar IUCN dan Nature for All di Abu Dhabi.
“Gambar saya tentang sungai dan hutan di Sepatin, supaya orang tahu tempat kami indah,” kata Ainun dengan polos.

Sebelum Ainun, dua kakak kelasnya, Akmaluddin dan Idul, juga pernah menjuarai lomba serupa. Bagi para guru, prestasi itu menjadi bukti bahwa anak-anak pesisir pun bisa bersaing di level dunia jika diberi kesempatan. Guru penggerak Naila Faza Kamila mengaku bangga sekaligus terharu.
“Anak-anak di sini punya semangat luar biasa. Mereka menggambar dengan pensil seadanya, tapi ide dan mimpi mereka besar. Itulah alasan kami terus mendampingi mereka, karena setiap anak berhak mendapat ruang untuk berkembang,” ujarnya.
Jadi Sarjana Pesisir Angkatan Pertama
Berbeda dengan Ainun, ada guru Ayu Lestari (24) yang sebelumnya pernah menjadi siswa SMP 6 Sepatin. Ayu menjadi angkatan pertama sarjana pesisir bersama dua rekannya. Ayu memiliki cita-cita yang mulia. Dia ingin anak-anak sepatin bisa ceria sepanjang masa menyongsong masa dengan yang lebih baik. Yakni melalui pendidikan.

Ayu jadi contoh warga desa yang kini telah mengenyam sarjana Perikanan di Universitas Mulawarman. Baginya Ayu Lestari menjadi salah satu contoh kebangkitan bagi warga desa Sepatin bahwa pendidikan modal penting untuk kemajuan. Ia kini telah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi di Universitas Mulawarman.
Gadis pesisir Rt 13 asal Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara mengaku meski program bea siswa diperoleh dari pemerintah tapi Ayu mendapatkan pendampingan motivasi dan akses untuk melanjutkan kuliah di Universitas Mulawarman dari guru penggerak PHM.
Semangat dan hasil belajar dari Ayu menjadi kisah inspiratif bagi banyak pelajar di daerah terpencil. Awalnya, Ayu tak pernah membayangkan akan menempuh pendidikan tinggi. Namun berkat dorongan ibunya, PHM dan tekad kuat untuk maju, ia berhasil menembus bangku kuliah. Bahkan selama setahun ini telah membantu menjadi bagian dari program guru penggerak PHM di SMP Negeri 6 Anggana Desa Sepatin.
Dia bercerita masyarakat di lingkungan pesisir, pandangan masyarakat terhadap pendidikan tinggi masih terbatas. Menurutnya banyak yang berpikir, apalagi perempuan, tak perlu sekolah tinggi. “Biasanya pemikiran ya, kalau perempuan cukup menunggu dipinang,” ujarnya.
Beruntung baginya, kampus Universitas Mulawarman (UNMUL) menerimanya di jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dari program beasiswa KIP. Dia awalnya ragu, tapi bersyukur bisa melewati masa kuliah sampai lulus sarjana.
“Saya ingin menunjukkan bahwa anak pesisir juga mampu. Saya baru setahun di SMP 6 ini tapi berharap bisa bekerja di PHM dengan bidang ilmunya untuk pengembangan disini (Anggana),” kata Ayu menerima media visit ke SMP 6, Selasa lalu (14/10/2025).
(bersambung ke bagian II*)
Penulis : Amir Syarifuddin dan Ramadani
BACA JUGA
