BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Pusat Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Balikpapan mencatat terdapat 124 kasus kekerasan seksual anak dengan jumlah korban anak mencapai 149 jiwa.

Ketua Harian P2TPA2A Balikpapan Ardi Rahayu mengatakan telah terjadi pergeseran kekerasan seksual yang awalnya banyak dialami perempuan dewasa kini menimpa anak perempuan dan laki-laki.

“Cukup memprihatinkan sekarang ini ada pergeseran kasus kekerasan. Bukan hanya KDRT perempuan dewasa tapi juga ke anak-anak baik laki-laki dan perempuan. Mencakup pelecehan seksual juga kasus narkoba,” katanya.

Ardi menyebutkan dalam kurun dua tahun terakhir, kasus kekerasan seksual dan kekerasan perempuan menunjukan tren peningkatan.

” Data korban kekerasan yang ditangani P2TP2A Kota Balikpapan, hingga 20 Desember 2016 Kasus Kekerasan Seksual menduduki peringkat tertinggi kedua yaitu 30 kasus, atau lebih tinggi dibanding tahun 2015 yang berjumlah 27 kasus,” sebutnya.

Sedangkan kekerasan terhadap perempuan berjumlah lima kasus, yang pada tahun 2015 kasus ini belum ditemukan oleh P2TP2A.

” Tertinggi ada di Kecamatan Selatan ada 27 kasus, lalu Balikpapan Utara dan Balikpapan tengah masing-masing 25 kasus,” ujarnya.

Ardi menyebutkan dari 124 kasus yang ada terdapat delapan kasus yang masih diproses hukum. Selebihnya ditangani dengan cara mediasi dan pemeriksaan psikologi.

 “KDRT masih yang tertinggi 31 kasus. Namun kategori yang lainnya menunjukan peningkatan. Pelecehan seksual bukan hanya pada wanita dewasa, tapi juga anak perempuan dan laki-laki. Ada 56 kasus yang melibatkan anak. Yang memprihatinkan juga anak-anak yang digunakan sebagai kurir narkoba. Kami memang bantu perlindungan hukumnya karena usia masih anak. Ada juga kasus kekerasan masa pacaran,” paparnya.

Ketua Umum P2TP2A Kota Balikpapan Arita Rizal Effendi mengaku prihatin dengan bertambahnya jumlah kasus yang terjadi sepanjang 2016 ini.

Selain melakukan sosialisasi untuk pencegahan pihaknya juga melakukan bantuan konseling, peningkatan kemampuan deteksi oleh guru paud terhadap kasus kekerasan.

Termasuk bekerjasama dengan institusi dan pemerhati anak, termasuk kedalam komite sekolah, tingkat RT. ” Tahun lalu kita lakukan sosialisasi ke guru-guru paud, kelompok bermain. Tahun depan kita fokus ke sekolah dasar. Kami bekerjasama dengan pemberdayaan anak agar sekolah memiliki konselor sebaya. Karena kita lihat kadang-kadang anak remaja ini lebih senang bertukar pikiran dengan teman daripada orangtua,” tukasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version