Simon Tahamata Beberkan Peta Talenta Muda Indonesia: “Bakat Banyak, Tapi Mental dan Karakter Harus Diperbaiki”
JAKARTA, Inibalikpapan.com — Talent scouting PSSI, Simon Tahamata, membeberkan hasil pemantauan enam bulan terakhir setelah resmi dipercaya menjalankan tugas sejak 26 Mei 2025.
Mantan pemain Ajax Amsterdam dan eks bintang timnas Belanda itu menegaskan masih banyak pekerjaan yang harus dibenahi dalam pembinaan usia muda, meski Indonesia memiliki banyak talenta menjanjikan.
Dikutip dari PSSI, Simon menyebut program scouting berjalan positif, namun penilaiannya tetap bertumpu pada observasi langsung di lapangan.
“Jangan kasih saya laptop, kasih saya bola. Observasi langsung itu penting,” ujarnya.
Simon menilai pemain muda Indonesia memiliki teknik dan kreativitas yang baik. Namun disiplin dan mental bertanding masih jauh dari standar yang dibutuhkan untuk bersaing di level internasional.
“Bakat penting, tapi karakter lebih penting. Kalau ragu, saya bilang jangan. Pemain harus datang dengan hati kuat,” tegasnya.
Pembinaan Terlambat dan Tidak Merata
Menurut Simon, Indonesia sebagai negara besar menghadapi tantangan pembinaan usia dini yang belum berjalan optimal. Seleksi usia awal yang di Eropa dimulai sejak 8 tahun, di Indonesia baru berlangsung saat pemain menginjak 13–14 tahun.
Ia menilai pembinaan harus dimulai lebih dini dan terintegrasi dengan sekolah sepak bola agar talenta bisa terpantau sejak tahap paling dasar.
Simon mengungkap banyak pemain potensial berada di luar radar akademi besar. Ia menyebut daerah seperti Maluku, Sulawesi, Jogja, dan Palu memiliki pemain dengan insting bermain dan kecerdasan taktis yang menonjol.
“Ada pemain kecil di Palu yang berani melewati pemain lebih besar. Itu mental bagus. Tinggal diberi kesempatan,” katanya.
Simon memastikan PSSI mencari pemain dari seluruh posisi, mulai dari striker hingga bek. Namun karakter yang dicari tetap sama: pemain yang berani, siap berduel, punya teknik dasar kuat, dan cepat mengambil keputusan.
“Hal-hal kecil seperti cara menguasai bola sangat menentukan. Jika tidak pegang bola, tidak bisa bikin gol,” ujarnya.
Untuk membangun skuad menuju Piala Dunia U-17 berikutnya, Simon memprioritaskan pemain usia 16 tahun yang memiliki kemampuan bermain cepat dan konsisten.
Direktur Teknik PSSI, Alex Zwiers, disebut membutuhkan 30 pemain sebagai kelompok awal seleksi tiga lini inti: depan, tengah, dan belakang.
Apresiasi untuk Nova Arianto
Simon menilai pelatih Timnas U-17, Nova Arianto, telah memberikan contoh kerja keras yang berdampak pada keberhasilan Indonesia lolos ke Piala Dunia U-17.
Simon menegaskan pentingnya membangun peta sebaran talenta nasional yang dapat digunakan jangka panjang oleh seluruh pelatih timnas.
“Scouting bukan hanya cari pemain, tapi membangun karakter sepak bola Indonesia,” ujarnya.
Simon meminta pemain muda Indonesia tidak sekadar bermimpi menjadi pemain timnas, tetapi belajar menjadi profesional sejati—bekerja keras, rendah hati, dan menghormati pelatih.
BACA JUGA
