BALIKPAPAN, IniBalikpapan.com — Sebanyak 10 Tokoh inspiratif mendapatkan penghargaan pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-122 Kota Balikpapan. Penghargaan ini diserahkan usai upacara HUT ota di Lapangan Merdeka pada Minggu pagi (10/02/2019).

“Izinkan saya memberikan apresiasi kepada semua pihak baik masyarakat kota dan pihak lainnya yang turut membantu pembangunan di kota Balikpapan. sehinghga Balikpapan mendapatkan 42 penghargaan dari tingkat provinsi, satu tingkat regional, 25 tingkat nasional dan 14 panji keberhasilan dari provinsi,” ujar walikota Rizal.

Ke-10 tokoh yang turut mendorong pembangunan kota Balikpapan dalam kesempatan itu mendapatkan penghargaan anugerah khusus dari pemerintah kota. Tokoh tersebut adalah Awang Faroek Ishak (mantan Gubernur Kalimantan Timur Periode 2008-2018); KH. Mohammad Nuh (Menteri Pendidikan Periode 2009-2014); Sarwono Kusumaatmaja (ikut berperan serta dalam penyusunan rencana srtategis pengelolaan terpadu teluk Balikpapan/ RPTB); Hermawan Kertajaya (Presiden Markplus. Inc); Christopher Sumasto Tjia (Direktur Utama PT. Wulandari Bangun Laksana); Gafur Chalik (Presiden Direkctor PT Grand Balikpapan/ Novotel Balikpapan); Paul; Christian Ariyanto (Direktur PT. Agung Podomoro Land. Tbk); Mustaid Siregar (Peneliti Utama Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya- LIPI); H. M. Jos Soetomo (Komisaris Utama Senyiur dan Resort Group.

“Seperti pak Awang beliau berperan dalam pembangunan jalan tol Balikpapan- Samarinda dan bandara. Pak Mohammad Nuh atas jasanya Politeknik Balikpapan menjadi perguruan tinggi negeri dan membangun Institut Tekhnik Kalimantan di Balikpapan,” ujarnya lagi.

Satu-satunya wanita yang mendapat penghargaan anugerah khusus adalah Gabriella Fredriksson. Wanita berdarah Swedia ini didaulat sebagai tokoh yang memperkenalkan Beruang Madu sebagai Maskot Balikpapan. Tahun 1997 Gabriella melakukan riset tentang Beruang Madu di Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan tahun 2002 Beruang Madu resmi menjadi maskot kota Balikpapan.

Gabriella sendiri peneliti Biologi dari University of Amesterdam, Belanda. Gabriella meneliti Beruang Madu selama kurang lebih lima tahun. Ketertarikan Gabriella terhadap beruang didasari pengalaman pertama ia melihat beruang di Sungai Wain dan ternyata hewan ini belum masuk dalam balai penelitian di Asia.

“Saya pertama ke Balikpapantahun 1994 penelitian orangutan, melihat beruang madu di Sungai Wain jadi lanjut penelitian beruang madu di tahun 1997. Saya liat belum ada yang meneliti beruang madu di Asia. Kemudian saya sering main ke Pemkot, bicara soal ancaman bagaimana bisa diperbaiki pengelolaan hutan. Sering juga saya bawa foto beruang madu. Ternyata mereka suka,” katanya menjelaskan.

Atas gagasan Gabriella pula saat itu di era kepemimpinan Tjutjup Soeparna dan dilanjutkan oleh Imdaad Hamid, pemerintah kota kembangkan pusat pendidikan lingkungan hidup di Kilo meter 23 Taman Agro Wisata. Pada kawasan tersebut terdapat enam ekor Beruang Madu yang mana pengunjung mencapai puluhan ribu orang setiap tahunnya.

“Saya senang Baruang Madu diangkat sebagai maskot kota. Sekarang sisa hutan sangat sedikit. Sungai Wain terutama dia hutan yang sebenarnya jantung Balikpapan. Sebenarnya industri minyak dia tergantung penuh dari hutan lindung sungai Wain. Jadi menurut saya dengan terangkatnya beruang madu, Balikpapan akan lebih lagi ikut serta dalam pengelolaan lingkungan dan hutan,” ujarnya aktivis lingkungan ini.

“Kita masih lanjut dengan sekarang lebih soal pendidikan lingkungan hidup beruang madu. Peran hutan seperti apa, di lingkungan yang perlu dijaga seperti apa. hal-hal yang bisa dibanggakan dari beruang madu. Harapan di HUT Balikpapan ini saya harap terus lebih banyak lagi peduli soal lingkungan,” tukasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version