BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota Balikpapan tampaknya harus bekerja lebih keras lagi dalam upaya menangani masalah stunting. Sebab, angka prevalensi stunting Balikpapan mengalami kenaikan.

Hal itu berdasarkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang baru saja dirilis. Di mana angka prevalensi stunting untuk Balikpapan mencapai 19,6 persen.

“Hasil survei SSGI yang baru saja dirilis prevalensi stunting untuk Balikpapan itu naik dari 17,6 persen 2021 menjadi 19,6 persen 2022,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan, Alwiati saat dikonfirmasi, Kamis (26/1/2023).

Faktor penyebabnya, menurut Alwiati, adalah dampak dari pandemi Covid-19. Para orang tua mengalami keterpurukan secara finansial karena tidak mempunyai pekerjaan.

Hal tersebut akhirnya berpengaruh pada berkurangnya ketersediaan dan keterjangkauan makanan bergizi, dan terganggunya pelayanan kesehatan, gizi, dan perlindungan sosial pada anak.

“Kalau kita bicara stunting kan itu kondisi kekurangan gizi. Nah, tahun kemarin masih ada sisa terdampak dari Covid-19. Untuk meningkatkan gizinya, masyarakat masih dalam tahap pemulihan atau bangkit dari keterpurukan secara finansial,” ungkapnya.

Berbagai upaya pun dilakukan oleh DP3AKB untuk menurunkan kembali angka prevalensi stunting tersebut. Pihaknya saat ini sudah mulai gencar dan masif melakukan pengukuran. Posyandu juga demikian, mulai aktif.

“Kalau sebelumnya posyandu memang enggak masif kerena pandemi. Penanganan stunting itu harus bergerak bersama. Kami juga sudah mulai menggerakkan kader tim pendamping keluarga. Mereka memberikan pola asuh yang benar kepada keluarga-keluarga stunting,” pungkasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version