BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Pandemi Covid-19 seperti saat ini tidak menghalangi seseorang untuk berkreasi dan berwirausaha, hal inilah yang dilakukan pasangan suami istri Muhaimin dan Inneke yang mengolah dedaunan untuk dicetak ke kain menggunakan teknik ecoprint sehingga menjadi karya seni yang memiliki nilai jual. 

“Saya memilih ecoprint itu karena bahan- bahannya alami, tidak mengandung bahan kimia jadi kita tidak perlu pakai sarang tangan untuk membuatnya, contohnya untuk pewarna alam saya memakai kayu secang, merendamnya dengan bubuk kunyit dan aman jika anak anak mau ikut membantu,” ujar  didamping sang suami Muhaimin, kepada media, Minggu (14/11/2021).

Kepada media Inneke menceritakan awal mula memulai usaha rumahan ecoprint ini, dimulai sejak 2019 lalu, saat itu organisasi yang Inneke ikutin mengadakan pelatihan di Jogjakarta,  tapi waktunya cuma singkat tidak lama. 

“Jadi setelah kami balik ke Balikpapan ada teman yang masih berlibur disana beberapa minggu, waktu dia kembali ke Balikpapan mengajarkan kami di kumpulan organisasi tersebut, karena  ecoprint ini tidak bisa belajar hanya satu kali pertemuan,” akunya. 

“Waktu itu belajarnya di Februari 2020 dan Maret pandemi mulai terjadi sehingga kebanyakan di rumah saya buatlah ecoprint di kain, ngerjakannya tidak bisa sendiri dikain yang besar sehingga melibatkan anak dan suami ikut bantu, lama kelamaan jadi usaha yang awalnya kain hasil ecoprint itu kami buat untuk survenir hadiah untuk teman teman,” tambah Inneke. 

Sebelum terkenal seperti saat ini, hasil kain ecoprint hanya dipakai keluarga termasuk sang suami yang kesehariannya memang seorang bekerja sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan, kemudian dikenal teman-teman oleh masyarakat.

“Dari situlah kami mencoba mengembangkan, sehingga kami berdiskusi bersama keluarga harus punya brand apa namanya agar ecoprint kita bisa dikenal di masyarakat, sehingga kami namakan IM Pelita, yang singkatan dari I artinya Inneke, M artinya Muhaimin, dan Pelita alamat rumah kami,” ujar Muhaimin menjelaskan. 

Kata Inneke, lama kelamaan responnya semakin disenangi masyarakat, karena hasil ecoprint ini tidak bakal ada kembarannya, buat hari ini satu besok diulang lagi buat tidak akan pernah bisa sama, ibaratnya eksklusif dari hasil cetakan daunnya itu. 

“Waktu saya bikin awalnya hobi dan tidak tahu bakal laku, karena saya suka saja buat sendiri untuk keluarga dan sering dipakai bapak untuk acara-acara di Pemkot atau masyarakat, itung-itung promosi gratis,” kata Inneke sambil tersenyum. 

(bagian 1/ bersambung)

 

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version